Motivasi

Kamis, 30 Juni 2011

Bangga Ditinggal Waktu

Penulis: Oji Faoji
Rabu, 29 Juni 2011. 23:51 WIB

Saat ini, kebetulan saya sedang mengamati jarum jam yang berjalan maju, maju, maju dan terus maju, detik demi detik. Saya perhatikan, baru saja menghela nafas, ternyata jarum detik meninggalkan saya lima sampai enam langkah (detik) berikutnya. Benar-benar tak bisa dihentikan. Waktu tak kenal toleransi, selalu bergerak maju dan tak perduli. Celakanya, waktu membawa serta diri saya di dalamnya. Usia saya bertambah setiap detik hingga tak terasa saat ini (Rabu 29-6-2011) sudah 30 tahun lebih 18 hari.

Usia 30 tahun terasa belum berarti apa-apa. Belum terpenuhi antara kebutuhan dunia dan akhirat. Kebutuhan dunia belum terjawab, karena belum masuk kategori berpunya (kaya raya), sedangkan kebutuhan akhirat pun sama, karena sejauh ini masih banyak lupa akan kebutuhan itu. Hal sama juga mungkin Anda rasakan.

Detik menjadi menit, menjadi jam, menjadi hari, menjadi pekan, menjadi bulan, menjadi tahun, menjadi windu, menjadi dasa warsa, dan seterusnya. Hingga sekarang 3 dasa warsa dan sungguh tak terasa.

Hingga saat ini pun, waktu terus membawa kita bertambah usia. Jika belum juga ada perubahan, maka hingga tak terasa 30 tahun kemudian (usia 60 tahun), kita masih dalam kondisi yang sama. Miskin di dunia, dan kemungkinan miskin di akhirat, karena sering lupa kedua kebutuhan tersebut. Yang paling mengkhawatirkan adalah perubahan belum terjadi saat ajal menjemput.

Ada pengakuan nurani yang menyatakan bahwa saya salah, yang benar adalah melakukan A, yang benar adalah melakukan B. Tetapi kebenaran tidak juga terwujud, karena kaki, tangan, hati dan seluruh tubuh berat untuk dilangkahkan. Pikiran negatif masih saja menarik-narik tubuh agar melakukan titahnya. Harusnya, pikiran positif yang menarik-narik tubuh agar melakukan titahnya dan kita ikut bersama (pikiran positif) itu.

Sejak saat ini, ketika Anda membaca tulisan ini pada siang, ketika Anda membaca tulisan ini malam, sore, pagi, dan waktu mana pun. Mulai bertekad melakukan perubahan dengan mengambil keputusan tegas, meskipun yang diputuskan adalah yang dibanggakan sebelumnya, seperti nongkrong tak karuan, berleha-leha, bermalas-malas, tak bertanggung jawab, dll).

Jika masih miskin, mulailah merancang hidup untuk 5 atau 10 tahun ke depan. Upayakan kita tahu apa yang akan terjadi pada diri kita dalam tahun yang telah ditentukan sebelumnya. Misalnya 5 tahun kedepan saya harus menjadi pesepakbola handal, maka sejak saat ini melakukan proses belajar, mencintai latihan, karena seorang Lionel Messi juga tidak begitu saja menjadi pemain terbaik dunia tanpa melakukan proses belajar terlebih dahulu. Yakin bahwa jika terus dilatih, apapun kemampuan yang diinginkan, pasti akan menjadi mahir.

Jika Anda musisi dan kagum terhadap permainan Joe Satriani, the best guitar in the world, bahkan ingin memainkan gitar seperti Joe memainkannya. Sangat bisa! Caranya, cari tahu, berapa kali dalam sehari Joe melatih jari-jarinya, sehingga reflek dan sinkron dengan keinginan hati dan pikiran. Setelah tahu, maka lakukan proses latihan yang dilakukan Joe. Jika memiliki keinginan saja tanpa melakukan proses latihan, is bullshit.!

Begitupun jika ingin berwirausaha mandiri. Jika hanya memiliki keinginan tanpa memetik ide, is bullshit. Jika kekurangan modal menjadi alasan, maka modal itu tidak akan pernah ada jika tak dimulai. Jika modal sudah ada, tetapi khawatir gagal, maka sesungguhnya dia telah gagal, karena ketika disimpan pun (tidak digunakan bisnis), modal itu akan habis dengan sendirinya dimakan waktu, karena memenuhi kebutuhan hidup yang disadari atau tidak. Coba dimulai saja, karena kemungkinan berhasil sukses juga sangat besar, karena ternyata, sangat banyak juga orang yang mulai berwirausaha berhasil dengan awal modal yang sedikit.

Intinya, hanya sekadar mendapat ide saja juga is bulshit, apabila tidak berani mengambil keputusan untuk mulai melakukan. Sering kali takut gagal menghambat terlaksananya sebuah ide yang akhirnya kegagalan pun terjadi, karena keinginan berwirausaha tidak berwujud. Padahal, kendati pun gagal, kegagalan akan menjadi obat sehingga ke depan bisa lebih matang.

Kegagalan menjadi biasa ketika kita memandang kegagalan seperti jatuh dari atas sepeda saat awal belajar, atau batita terjatuh saat belajar berdiri. Semuanya hanya proses, karena setelah lama dilakukan, akan menjadi piawai.

Waktu sudah jauh meninggalkan kelemahan kita, karena takut gagal saat memulai langkah perdana. Celakanya, waktu masih membawa serta usia kita semakin bertambah dan bertambah tua, dalam kondisi masih belum ada perubahan apa pun.

Jangan sekali-kali kita termasuk orang yang bangga dibawa waktu dalam kondisi yang sama dan tanpa perubahan positif dalam setiap jejaknya.

Teringat dengan Firman Allah SWT, dalam surah ke- 103 Al-‘Asr. Meskipun hanya 3 ayat, tetapi memberikan pelajaran yang berharaga, betapa pentingnya waktu.

“Demi masa.”
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.”
“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.”

Ini artinya bahwa begitu waktu sangat penting, sehingga Allah pun berjanji dengan membawa waktu. Bahwa manusia (saya dan Anda) sangat mendapatkan kerugian (miskin dunia dan akhirat), terkecuali melakukan perubahan diri dengan melaksanakan kegiatan positif (bukan sebatas keinginan dan ide), seperti bekerja untuk kesuksesan dunia dan kesuksesan akhirat (menjalankan perintah Allah SWT).

Kemudian Allah juga berjanji demi waktu bahwa kerugian itu akan datang kepada mereka yang tidak saling nasihat dan menasihati (belajar dan mengajarkan) untuk tetap dalam kondisi sabar (ketika melakukan amal saleh) itu.

Jika Allah yang sudah berjanji, maka kerugian bagi orang yang tidak melaksanakan amal saleh dan saling nasihat-menasihati dalam menetapi kesabaran, pasti benar-benar terjadi.

Maka apa lagi yang membuat kita menunggu untuk melakukan perubahan itu, karena waktu saja setiap detik berubah lebih maju.!

Kamis, 23 Juni 2011

Donor Duit & Donor Darah

Penulis: Oji Fooji
Kamis 23 Juni 2011, 07.30 WIB

Wikipedia, donor adalah orang yang mendonasikan sesuatu secara sukarela. Istilah ini biasanya digunakan untuk suatu bentuk murni amal. Dalam tulisan ini, saya akan menguraikan manfaat dari melakukan donor, baik donor duit (uang), maupun donor darah.

Kedua perilaku donor tersebut tentu saja memiliki satu kesamaan dari sisi manfaat yang dihasilkan setelahnya, hanya saja ada banyak perbedaan dalam kontek persyaratan. Intinya, kalau donor darah perlu persyaratan khusus, dan donor duit, sama sekali tidak ada persyaratan apapun. Kedua-duanya juga sama-sama memiliki sifat simbiosis mutualisme.

Donor Darah
Jika kita melakukan donor darah, maka akan terdapat keuntungan bagi pendonor. Sebab, setiap tetes darah yang disumbangkan tidak hanya dapat memberikan kesempatan hidup bagi yang menerima tetapi juga memberikan manfaat kesehatan bagi pendonornya.
Anggapan yang menyatakan mendonorkan darah bisa membuat kita menjadi lemas adalah salah, karena saat mendonorkan darah, tubuh akan bereaksi langsung dengan membuat pengganti (darah) nya. Jadi tidak akan mengalami kekurangan darah. Menurut www.female.kompas.com, selain membuat tubuh memproduksi darah-darah baru, ada lima manfaat kesehatan lain yang bisa kita rasakan, yaitu:

1. Menjaga Kesehatan Jantung
Tingginya kadar zat besi dalam darah akan membuat seseorang menjadi lebih rentan terhadap penyakit jantung. Zat besi yang berlebihan di dalam darah bisa menyebabkan oksidasi kolesterol. Produk oksidasi tersebut akan menumpuk pada dinding arteri dan ini sama dengan memperbesar peluang terkena serangan jantung dan stroke. Saat kita rutin mendonorkan darah maka jumlah zat besi dalam darah bisa lebih stabil. Ini artinya menurunkan risiko penyakit jantung.

2. Meningkatkan Produksi Sel Darah Merah
Donor darah juga akan membantu tubuh mengurangi jumlah sel darah merah dalam darah. Tak perlu panik dengan berkurangnya sel darah merah, karena sumsum tulang belakang akan segera mengisi ulang sel darah merah yang telah hilang. Hasilnya, sebagai pendonor kita akan mendapatkan pasokan darah baru setiap kali kita mendonorkan darah. Oleh karena itu, donor darah menjadi langkah yang baik untuk menstimulasi pembuatan darah baru.

3. Membantu Penurunan Berat Tubuh
Menjadi donor darah adalah salah satu metode diet dan pembakaran kalori yang ampuh. Sebab dengan memberikan sekitar 450 ml darah, akan membantu proses pembakaran kalori kira-kira 650. Itu adalah jumlah kalori yang banyak untuk membuat pinggang kita ramping.

4. Mendapatkan Kesehatan Psikologis
Menyumbangkan hal yang tidak ternilai harganya kepada yang membutuhkan akan membuat kita merasakan kepuasan psikologis. Sebuah penelitian menemukan, orang usia lanjut yang rutin menjadi pendonor darah akan merasakan tetap berenergi dan bugar.

5. Mendeteksi Penyakit Serius
Setiap kali kita ingin mendonorkan darah, prosedur standarnya adalah darah kita akan diperiksa dari berbagai macam penyakit seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C, sifilis, dan malaria. Bagi yang menerima donor darah, ini adalah informasi penting untuk mengantisipasi penularan penyakit melalui transfusi darah. Sedangkan untuk kita, ini adalah "rambu peringatan" yang baik agar kita lebih perhatian terhadap kondisi kesehatan kita sendiri.

Donor Duit
Ada perbedaan dari dua perilaku donor ini. Tetapi, yang paling ringan untuk dilakukan adalah donor duit. Coba kita telaah.

Kalau donor darah, ada proses dan persyaratan yang harus dipenuhi. Dari sisi proses, menggunakan jarum yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah. Sedangkan persyaratannya, dimulai dari usia harus menginjak usia 18 tahun, mendonorkan darah minimal harus setiap tiga bulan sekali, berat dan tinggi badan harus stabil, bukan penderita penyakit berat, dan lain sebagainya.

Tetapi, mendonorkan darah, tidak hanya memberikan 5 manfaat seperti tersebut di atas, tetapi juga bermanfaat positif bagi orang lain yang membutuhkan, karena bisa memberikan kehidupan yang baru bagi orang lain.

Kalau donor duit tidak memiliki persyaratan apapun. Amalan yang sangat praktis dan tidak memberatkan pendonornya secara fisik. Kalau ingin mendapat rezeki yang berlimpah hal yang tidak bisa ditinggalkan adalah bersedekah. Sebab Allah sudah mengingatkan agar donor duit (sedekah) selagi sempit, dan bagi yang bersedekah akan digantikan dengan berlipat ganda.

Jika yang berjanji adalah Sang Pemberi Rezeki, lantas siapa lagi yang Anda percaya. Masih mikir bersedekah? Ikhtiar saja, tidak akan berkah dan berlimpah jika tidak dibarengi dengan doa dan bersyukur dengan melakukan sedekah.

Jika donor darah hanya bermanfaat bagi pendonor dan penerima darahnya saja, sedangkan donor duit, bisa membentuk rantai kehidupan yang tidak akan terputus hingga dunia terbalik.

Contoh:
Dengan Anda mendonorkan duit Rp 10.000 saja kepada seorang yang membutuhkan (misalnya buat makan), penerima sedekah itu membelanjakan uang tersebut ke warung makan, dan makanannya dimakan oleh ia dan anak-anaknya.

Duit Rp 10.000 yang diterima pedagang tersebut, kemudian dibelanjakan lagi untuk kebutuhan lain. Begitu seterusnya, hingga duit itu rusak, atau hilang tak ditemukan.

Pesan
Pesanya adalah baik donor duit dan donor darah, sama-sama memberikan manfaat kepada diri sendiri dan orang lain. Maka, jika Anda merasa sempit dalam kehidupan, solusinya adalah sedekah. Dan bagi Anda yang mendapatkan kondisi tubuh lebih sehat dan memenuhi syarat untuk diambil darahnya, maka sedekahkan darah Anda kepada yang membutuhkan.

Jika pesan ini dianggap benar, lakukan tanpa harus mikir.....! (*)

Selasa, 21 Juni 2011

Shalat Dhuha Kunci Rezeki

Penulis: Oji Faoji
Selasa 21 Juni 2011, 20:35 WIB

SANGAT yakin bahwa setiap muslim yang menjalankan shalat wajib dan dibarengi dengan shalat dhuha akan diberikan kemurahan rezeki oleh Allah SWT. Saya merasa yakin, karena mendapatkan fakta yang nyata, bahwa setiap setelah shalat dhuha sebelum berangkat ikhtiar, pada hari itu, rezeki yang didapat tidak hanya berupa uang, tetapi juga kemudahan-kemudahan dalam menjalankan aktivitas.

Bahkan pada suatu waktu, saya pernah menguji keutamaan shalat dhuha dengan mengatakan kepada beberapa teman bahwa saat itu saya akan mendapatkan rezeki, berupa uang yang lebih banyak dari hari-hari biasa. Saya berbicara seperti itu pada pagi harinya, sekitar pukul 08.30 WIB.

Siang pada hari yang sama, saya bertanya kepada seorang teman yang mendengar ucapan tersebut. “Bagaimana, berapa rezeki yang kamu dapatkan hari ini,” aku mendahului.

Temen saya bilang. “Saya pasti lebih banyak, karena banyak mengunjungi tempat. Sedangkan kamu kan tidak kemana-mana,” katanya.

Ketika saya sebutkan nominal rezeki berupa uang yang saya dapat hari itu, temen langsung kaget. “Saya dapat Rp…., kamu berapa?” saya kembali bertanya. “Beuh banyak amat,” katanya. “Ini karena saya shalat dhuha. Kalau kamu mau, kamu boleh mencobanya. Yakin lah pasti diberikan rezeki dan kemudahan yang banyak,” kata ku.

Memang benar, meski beraktivitas di tempat sama, saya bertemu dengan sejumlah orang yang lima orang di antaranya memberikan uang dengan menawarkan pekerjaan dan ada juga yang tiba-tiba memberikan.

Shalat dhuha sangat luar biasa. Anda pun boleh mencobanya.!

Penasaran dengan keadaan yang ajaib itu, saya coba mencari tahu tentang keutamaan shalat dhuha sesungguhnya. Ternyata, shalat dhuha, sama dengan sedekah.

Abud Darda Radhiyallahu 'anhu, di mana dia bercerita, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Barangsiapa mengerjakan shalat dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditetapkan termasuk orang-orang yang lengah. Barangsiapa shalat empat rakaat, maka dia tetapkan termasuk orang-orang yang ahli ibadah. Barangsiapa mengerjakan enam rakaat maka akan diberikan kecukupan pada hari itu. Barangsiapa mengerjakan delapan rakaat, maka Allah menetapkannya termasuk orang-orang yang tunduk dan patuh. Dan barangsiapa mengerjakan shalat dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di Surga. Dan tidaklah satu hari dan tidak juga satu malam, melainkan Allah memiliki karunia yang danugerahkan kepada hamba-hamba-Nya sebagai sedekah. Dan tidaklah Allah memberikan karunia kepada seseorang yang lebih baik daripada mengilhaminya untuk selalu ingat kepada-Nya" Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani.

Simak juga!
Abud Dzar Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. "Bagi masing-masing ruas dari anggota tubuh salah seorang di antara kalian harus dikeluarkan sedekah …Dan semua itu setara dengan ganjaran dua rakaat shalat Dhuha" Diriwayatkan oleh Muslim.

Jika shalat dhuha dua rakaat dianggap sedekah tubuh, maka akan lebih maksimal jika dibarengi dengan sedekah harta. Sebab, sedekah merupakan penolak bala, penyubur pahala, dan melipatgandakan rezeki; bagai sebutir benih yang ditanam akan menghasilkan tujuh cabang, yang pada tiap-tiap cabang itu terjurai seratus biji. Dalam Al Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (Al Baqarah: 261).

Ayat di atas merupakan janji Allah SWT. Jika Allah yang berjanji, maka kemungkinannya hanya satu, yaitu, setiap yang bersedekah harta, pasti akan dilipatgandakan hartanya.

Ada lagi ayat yang di antaranya menyebutkan bahwa kebajikan manusia belum semburna jika tidak bersedekah. “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (Ali Imran: 92)
Jika sudah begitu, apalagi yang membuat saya dan Anda ragu dalam bersedekah. Terlebih ada yang meyakini bahwa Sedekahlah, Maka Kau Akan Kaya.!! (**)

Senin, 20 Juni 2011

Bertindak Sekarang Juga

Senin (20/6) malam ini, saya cukup tersanjung dan patut bersykur, karena mendapatkan informasi luar biasa dari Tung Desem Waringin, melalui milis TDWClub. Motivator ternama yang sangat saya kagumi, mengirimkan sebuah email yang berisi ajakan untuk saya terus melakukan pembelajaran. Jika sudah mendapatkan ilmu dari hasil belajar, saya disarankan untuk langsung melakukan tindakan dan tidak menunda-nundanya.

Agar saya dan Anda sama-sama mendapatkan pelajaran apa yang saya terima dari Tung Desem Waringin, di bawah ini akan saya lampirkan kalimat lengkapnya, tanpa ada perubahan apa pun. Judul pada tulisan dari email yang saya terima tersebut adalah “Bertindak Sekarang Juga.”

Berikut saya lampirkan:


Hi Oji,
Bersama Saya Tung Desem Waringin Disini,

Banyak orang belajar dan tidak pernah bertindak maka hasilnya Nol Besar. Banyak orang bertindak dan tidak pernah belajar maka hasilnya cuma begitu-begitu saja dan tidak berkembang.

Seperti mangkuk rezeki, kalau kita tidak pernah belajar untuk memperbesar rezeki kita maka rezeki yang berlimpah terus tumpah karena mangkuk rezeki kita tidak bertambah besar. Dan yang paling parah, orang yang tidak belajar dan tidak bertindak. Mereka jadi pengangguran seumur hidup tertekan dan hidup menjadi beban orang lain. Dan sekarang, tibalah saatnya anda untuk bertindak. Bertindak bukan berarti berhenti belajar. Jadi saran saya dan Robert Kiyosaki :

1. Berhentilah melakukan apa yang sedang anda lakukan. Dengan kata lain, ambillah istirahat dan nilailah apa yang berhasil dan apa yang tidak berhasil. Definisi gila adalah melakukan hal-hal yang sama dan mengharapkan hasil yang berbeda. Berhentilah melakukan apa yang tidak berhasil dan carilah sesuatu yang baru untuk dilakukan.

2. Carilah gagasan atau ide baru. Untuk gagasan investasi yang baru, saya pergi ke toko buku dan mencari buku-buku tentang topik yang berbeda dan unik. Saya menyebutnya formula. Saya membeli buku-buku praktis tentang formula yang sama sekali tidak saya ketahui.

3. Temukanlah seseorang yang telah melakukan apa yang ingin anda lakukan. Ajaklah mereka makan siang. Mintalah nasihat atau petunjuk dari mereka, trik-trik kecil perdagangan itu.

4. Ikutlah kursus dan seminar. Saya melihat koran untuk mencari kursus baru dan menarik. Banyak yang gratis atau dengan biaya yang murah. Saya juga menghadiri dan membayar seminar yang mahal mengenai apa yang ingin saya pelajari. Saya kaya dan bebas dari kebutuhan akan pekerjaan hanya karena kursus-kursus yang saya ambil. Saya mempunyai teman yang tidak mengikuti kursus-kursus itu dan memberitahu saya bahwa saya hanya membuang-buang uang. Dan ternyata mereka masih pada pekerjaan yang sama.

Semoga bermanfaat,

Saya memang memiliki kesimpulan sendiri atas tulisan tersebut. Tetapi alangkah baiknya Anda juga ikut menyimpulkan sendiri. (*)

Kamis, 16 Juni 2011

Pemancing Bermimpi ‘STRIKE’

Oleh: Oji Faoji
Rabu (15/6) malam (22.58 WIB)

Pehobi mancing di setiap tikungan pasti ada. Hobi ini memang sangat banyak peminatnya, karena “kabarnya” memiliki sensasi luar biasa.

Saya sendiri sesungguhnya bukan termasuk pehobi mancing. Saya lebih banyak mendengar dari sejumlah kawan bahwa memancing adalah hiburan yang menyenangkan.

Kalau saya melihat dari sudut berbeda bahwa ada pelajarn yang bisa dipetik dari pemancing. Mereka memiliki mimpi dan mimpinya itu dikejar tanpa lelah, konsisten, tekun dan sangat sabar. Mereka rela berkorban, tidak hanya tenaga, pikiran, maupun dana saja untuk menjemput mimpinya itu.

Ada yang tahu apa mimpi para pemancing? Mimpi mereka bukanlah ikan hasil pancingan, atau hanya sekadar jalan-jalan mengisi waktu libur. Mereka memiliki mimpi yang jelas, yaitu “STRIKE”

Strike adalah saat dimana kail yang berisi umpan dimakan ikan. Saat itu, ikan menarik dirinya lebih dalam ke dasar laut, sementara si pemancing menarik pancingnya sehingga terjadi tarik menarik. Jika itu terjadi, maka mimpi pemancing benar-benar tercapai. Apalagi ikan yang menelan kail pancing mereka, berukuran besar. Pasti sangat eksotis. Benar kan.?

Coba kita sama-sama perhatikan perjuangan pemancing dalam menggapai mimpi mereka. Kasusnya boleh jadi sama, mungkin juga berbeda. Tetapi saya sering mendengar beberapa teman pemancing, mereka melakukan hal-hal seperti digambarkan berikut ini:

Meninggalkan Keluarga
Si pemancing, ia adalah teman saya, mengaku sering meninggalkan istri ssaat libur hari kerja untuk memancing. Istri dan anaknya sering ia tinggalkan, jadwal jalan-jalan keluarga juga sering batal, karena teman saya itu lebih memilih memancing.

“Saya kalau waktu libur kerja nggak mancing, haruuuhh... di rumah pun ngelamun, nggak tenang, terbayang strike. Kalau lagi pengen mancing, saya pergi aja,” katanya.
“Terkadang harus ribut dulu sama anak, karena jadwal liburannya terganggu. Tapi ya begitu lah,” ujarnya.

Bermodal Tinggi
Memenuhi kebutuhan hobi mancing memang tidak murah. Ada yang sampai menghabiskan jutaan rupiah sekali berangkat ke tengah laut menggunakan kapal boot. Beberapa kawan mengatakan bahwa hobi mancing di tengah laut ada yang lebih murah, yaitu sekitar Rp 250 ribu sekali berangkat menggunakan perahu.

Jika 4 kali dalam sebulan, maka biaya yang dikeluarkan Rp 1 juta. Jumlah pengeluaran itu di luar untuk makan dan kebutuhan lainnya. Biayanya, tentu saja bukan hanya itu, tetapi juga properti alias alat memancing yang harganya juga tidak kalah ‘edan’.

Korbankan Waktu
“Memancing itu baru berasa puas, minimal 10 jam, dari jam 8 pagi hingga pukul 17.00 WIB,” kata teman saya. Ketika disinggung itu menghambur-hambur waktu, para pemancing tentu saja tidak akan terima. Mereka menganggap bahwa waktu tersebut sangat tepat untuk mereka mendapatkan strike-strike yang sangat mereka mimpikan.

Tak Peduli Tenaga
Hanya untuk mimpi STRIKE, pemancing tidak peduli bagaimana tenaga mereka dikuras untuk melempar dan menarik kail. Padahal, jika di tempat kerja, mereka akan meminta bayaran yang tinggi karena menggunakan tenaga mereka.

Risiko Tak Dihiraukan
Untuk menjemput strike, beberapa risiko, seperti terjadi hujan lebat saat di tengah laut, angin kencang, terjadi badai, dan lainnya, tidak pernah dihiraukan. Mereka akan tetak konsisten, tekun, dan bersabar untuk mendapatkan strike.

Perjuangan pemancing hanya untuk mendapatkan strike mungkin ada yang sama seperti saya akan ceritakan di bawah.

Seorang pemancing dengan segala pengorbanan seperti tersebut di atas mungkin tidak mendapatkan .

Seorang pemancing dengan segala pengorbanan seperti tersebut di atas mungkin tidak mendapatkan strike selama sehari perjalanan. Ketika kail berisi umpan ia lemparkan ke laut, kemudian ia rela menunggunya hingga mungkin 10 – 15 menit, setelah kail ditarik, ternyata tidak ada ikan yang nyangkol, yang ada, umpan habis.

Setelah diisi umpan, kail kemudian dilempar lagi, ketika dilihat ujung pancing bergerak dan ada yang memakan. Pemancing kemudian menggulung tali pancing mereka hingga ke atas. Setelah kali naik, ternyata umpannya habis. Begitu, begitu, begitu, dan begitu seterusnya, hingga 10 jam.

Pemancing ulung tentu tidak akan pernah merasa puas, karena ingin merasakan strike yang selama ini menjadi mimpinya. Libur pekan depan, ia berangkat lagi dengan pengorbanan yang sama. Setelah melakukan upaya memancing, ternyata kejadiannya sama, mereka tidak mendapatkan apa-apa.

Libur pekan depannya mungkin mancing mania berangkat lagi, hingga pada akhirnya, mereka mendapatkan STRIKE.....!!! Ia mulai saling tarik ulur dengan ikan. Ia bermain dengan ikan hingga ikan merasa lemas. Strike membuat pemancing merasa puas, puas, dan puassss...!!!! Bahkan, pemancing akan lupa dengan yang sudah dikorbankannya, setelah mendapatkan strike. Sungguh luar biasa...


Ibroh
Kalau saja dalam keseharian hidup memiliki mental seperti pemancing, pasti sudah sukses. Kita akan bebas menentukan mimpi, misalnya bisa menciptakan pesawat jenis baru yang lebih canggih dari yang sudah ada. Mengapa sukses..?? Sebab, filosofi perjuangan para pemancing yang tidak kenal lelah menuntut Anda untuk menar-benar mewujudkan impian tersebut.

Tentu saja dengan meninggalkan keluarga untuk melakukan riset, butuh monal tinggi, banyak mengorbankan waktu untuk kepentingan tersebut, tidak peduli tenaga dikuras dan tidak mempedulikan risiko yang didapat. Semuanya dilakukan dengan tekun dan sabar. Akhirnya BERHASIL...... sangat BERHASIL..... (*)

Senin, 13 Juni 2011

Belajar dari Pernikahan Teman

Penulis: Oji Faoji
Senin, 13 Juni 2011

Wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, adalah perintah untuk membaca. Tuhan memerintahkan kepada Nabi untuk membaca. “Bacalah...”, kata ini sampai diulang beberapa kali, karena begitu sangat penting untuk dilakukan. Padahal ketika itu (di Gua Hira), tidak ada tulisan yang bisa dibaca.

Pelajaran apa yang bisa diambil dari sedikit sejarah Nabi di atas? Jawabannya sangat luar biasa.

Ini artinya bahwa membaca tidak hanya sekadar tekstual, tetapi juga kehidupan riil di sekitar kita. Setelah membaca, maka kita bisa menjadikan apa yang dibaca sebagai pelajaran dan setelah itu bisa melakukan perubahan pada diri ke arah lebih baik.

Membaca tekstual yang tertuang dalam buku sangat penting, karena buku adalah kumpulan tulisan yang bisa berdasarkan fakta, maupun hasil penelitian para ahli. Semakin banyak membaca buku, maka semakin banyak pula kita mengetahui sesuatu yang belum diketahui dari para ahli. Kalau saja setiap bulan kita membaca 2 buku, maka dalam setahun atau 12 bulan, kita bisa membaca 24 buku berlainan yang dibuat para ahli. Dengan demikian artinya bahwa kita bisa memiliki disiplin ilmu yang sangat luas.

Membaca lingkungan di sekitar kita adalah suata tindakan yang juga sangat penting. Kita bisa belajar dari teman, kesuksesan teman, kegagalan teman atau kita belajar kepada diri kita sendiri, kemajuan-kemajuan yang dilakukan, kegagalan-kegagalan di masa lalu, dan belajar kepada alam. Intinya adalah hal bermanfaat apa yang bisa diambil untuk menjadi pelajaran dan berpengaruh terhadap perbaikan hidup kita.

Sedikit saya cerita tentang sikap optimistisme yang dipegang seorang teman. Pada Minggu 12 Juni 2011, saya bersama beberapa teman berangkat menuju lokasi pernikahan teman kami itu. Berangkat pagi berharap ikut menyaksikan proses akad nikah, tetapi tiba di lokasi pas matahari berada di atas kepala.

Sebenarnya kami sudah berada di sekitar lokasi, karena undangan yang disebarnya tidak menggunakan surat yang di dalamnya disertakan lokasi resepsi, akhirnya kami sempat nyasar. Terlebih di depan gang masuk menuju lokasi, tidak ada tanda-tanda lain, seperti janur kuning yang biasanya menunjukkan ada pesta pernikahan.

Setelah tiba di tempat acara, kami baru tahu bahwa acara digelar secara sederhana. Ketika masuk ke tempat acara, saya melihat teman tersebut tersenyum riang seolah tanpa ada beban yang menggelayuti. Dia seperti terlepas dari sebuah bandulan yang berat. Dia sangat-sangat tampak riang. Dua hari sebelum pernikahannya, teman saya juga masih bekerja biasa seperti tanpa ada beban. Padahal biasanya, pria yang sudah dekat di waktu pernikahannya, banyak hal yang dipikirkan.

Apa yang dirasakannya tampak sama dengan pasangan mempelai lain yang saya juga menghadiri pesta pernikahannya pada Sabtu 11 Juni 2011.

Yang beda dari keduanya, adalah kemasan pestanya saja. Kalau pesta pernikahan teman saya berlangsung dengan sederhana, bahkan tidak ada kursi pengantin dan tata rias ruangan yang lazim ada. Sedangkan pernikahan yang saya hadiri sebelumnya, justru sebaliknya. Pesta digelar di sebuah gedung, dengan tata rias, dan kursi pengantin yang sangat luar biasa. Sangat glamor.

Kalau diperhitungkan dari sisi keduanya akan sangat terlihat jomplang jauh. Tetapi keriangan mereka tampak sama. Kalau saya boleh menduga, mereka tampak bahagia karena sudah memiliki pasangan yang sah, yang sebelumnya sangat mereka harapkan. Intinya, impian mereka tercapai.

Pesan
Pesan dari cerita di atas cukup sederhana. Jika Anda memiliki mimpi, apapun mimpi itu, maka kejar dengan langkah-langkah realisasi dalam setiap keseharian, waktu demi waktu.

Bagi Anda yang belum menikah dan sudah cukup umur, tidak perlu banyak pertimbangan. Lakukan saja dengan keadaan yang Anda mampu. Lakukan komunikasi dengan calon pasangan bahwa inti dari impiannya adalah menikah. Dengan banyak atau pun sedikit uang yang dikeluarkan untuk biaya pesta pernikahan, tidak akan merubah kebahagiaan yang dirasakan keduanya.

Yang dengan keadaan sederhana, mungkin lebih merasa tenang, karena tidak memaksakan diri berhutang hanya untuk pesta pernikahan dan kembali murung setelah menikah, karena harus mencari jalan keluar untuk menutupi biaya pernikahan tersebut.
Semoga bermanfaat....!!

Jumat, 10 Juni 2011

Rezeki dari Banyak Gelas

Penulis: Oji Faoji
Kamis (9/6) malam

REZEKI adalah lima huruf yang kehadirannya sangat diharapkan semua orang. Dengan rezeki orang bisa mencukupi segala kebutuhannya.
Tetapi sesungguhnya, rezeki juga saya pikir bisa diartikan yang lebih luas, yang intinya adalah tertanam kebahagiaan setelah mendapatkannya. Sebab rezeki itu adalah dari Allah (Rizkum Minallah).

Pada tulisan ini, saya akan memfokuskan pembahasan pada rezeki berupa kekayaan harta, dalam hal ini adakah uang.

Kalau saya merasa yakin bahwa rezeki itu sepereti hujan yang diberikan Allah. Hanya saja, hujan rezeki ini adalah hujan yang tidak digantikan kemarau. Karena itu, tidak ada pilihan bagi kita untuk mendapatkan rezeki, terkecuali dengan menadahnya.

Menadahnya dengan tangan, tentu tidak akan bisa mendapat banyak. Rezeki yang beranalogi hujan itu harus ditadang menggunakan tempat, apakah ember atau bak berbagai ukuran. Asal jangan yang bocor. Kalau pun ember atau bak tidak punya, ya sekadar gelas harus ada.

Saya sendiri saat ini merasa bangga dengan hanya memiliki satu gelas yang saya yakin gelas bergagang (gelas yang paling besar). Tetapi memang masih perlu cukup, karena kebutuhan hidup terus bergulir. Sehingga, saya perlu menciptakan gelas-gelas bergagang lainnya agar air hujan (rezeki) yang saya dapatkan bisa lebih banyak.

Satu gelas yang saya maksud adalah saat ini saya bekerja di sebuah perusahaan media, yaitu Banten Raya Post, yang saya sendiri bangga ikut berkarier di dalamnya. Saya menilai bahwa tempat penampung rezeki saya saat ini belum besar, sehingga perlu lebih diperbesar, misalnya dari semula hanya gelas bergagang, menjadi ember.

Tetapi tentunya, saya tidak boleh menunggu gelas bergang itu menjadi ember, karena untuk menjadi ember. Lebih baik, saya menambah wadah alias tempat penampung rezeki lain, meskipun hanya gelas kecil.

Gelas kecil itu saat ini kondisinya masih saya buat dan saya yakin tidak perlu menunggu lama, sudah utuh hingga mampu menampung rezeki. Lebih jelasnya bahwa saat ini, saya sedang melakukan proses pembelajaran untuk berprofesi sebagai seorang motivator. Saya percaya bahwa dengan berprofesi sebagai motivator, saya memiliki penghasilan tambahan selain dari profesi saya saat ini sebagai wartawan.

Saya bermimpi bahwa kelak saya bisa menciptakan banyak wadah meskipun hanya gelas yang bisa menampung sedikit rezeki, yang jika isi dari gelas tersebut dikumpulkan bisa memenuhi ember.

Tapi saya juga merasa yakin dan percaya bahwa mimpi saya tersebut bisa tercapai, karena saya akan berusaha untuk mencapainya. Bahkan nanti, wadah tersebut bukan berupa gelas-gelas yang banyak, tetapi menjadi ember-ember yang banyak atau justru bak-bak yang banyak, sehingga jika dikumpulkan isi rezeki dari bak-bak penampungan tersebut, menjadi sebuah kolam.

Jika saya sudah mampu menciptakan kolam yang bahkan tidak hanya satu atau dua, saya pasti akan mencari orang-orang yang belum memiliki wadah (pekerjaan) untuk saya berikan wadah tersebut, dan bila perlu saya isi wadah tersebut untuk mereka kembangkan agar bisa menciptakan banyak wadah tempat menampung rezeki.

Saya yakin dan percaya bahwa Allah menyebarkan rezeki tersebut secara luas. Hanya saja, tempat penampung rezeki kita yang harus dimaksimalkan, yaitu ditambah atau diperbesar.

Mari berjuang keras dan saya yakin dan percaya bahwa kita akan menjadi Juara yang memiliki banyak rezeki. (*)