Motivasi

Kamis, 30 Juni 2011

Bangga Ditinggal Waktu

Penulis: Oji Faoji
Rabu, 29 Juni 2011. 23:51 WIB

Saat ini, kebetulan saya sedang mengamati jarum jam yang berjalan maju, maju, maju dan terus maju, detik demi detik. Saya perhatikan, baru saja menghela nafas, ternyata jarum detik meninggalkan saya lima sampai enam langkah (detik) berikutnya. Benar-benar tak bisa dihentikan. Waktu tak kenal toleransi, selalu bergerak maju dan tak perduli. Celakanya, waktu membawa serta diri saya di dalamnya. Usia saya bertambah setiap detik hingga tak terasa saat ini (Rabu 29-6-2011) sudah 30 tahun lebih 18 hari.

Usia 30 tahun terasa belum berarti apa-apa. Belum terpenuhi antara kebutuhan dunia dan akhirat. Kebutuhan dunia belum terjawab, karena belum masuk kategori berpunya (kaya raya), sedangkan kebutuhan akhirat pun sama, karena sejauh ini masih banyak lupa akan kebutuhan itu. Hal sama juga mungkin Anda rasakan.

Detik menjadi menit, menjadi jam, menjadi hari, menjadi pekan, menjadi bulan, menjadi tahun, menjadi windu, menjadi dasa warsa, dan seterusnya. Hingga sekarang 3 dasa warsa dan sungguh tak terasa.

Hingga saat ini pun, waktu terus membawa kita bertambah usia. Jika belum juga ada perubahan, maka hingga tak terasa 30 tahun kemudian (usia 60 tahun), kita masih dalam kondisi yang sama. Miskin di dunia, dan kemungkinan miskin di akhirat, karena sering lupa kedua kebutuhan tersebut. Yang paling mengkhawatirkan adalah perubahan belum terjadi saat ajal menjemput.

Ada pengakuan nurani yang menyatakan bahwa saya salah, yang benar adalah melakukan A, yang benar adalah melakukan B. Tetapi kebenaran tidak juga terwujud, karena kaki, tangan, hati dan seluruh tubuh berat untuk dilangkahkan. Pikiran negatif masih saja menarik-narik tubuh agar melakukan titahnya. Harusnya, pikiran positif yang menarik-narik tubuh agar melakukan titahnya dan kita ikut bersama (pikiran positif) itu.

Sejak saat ini, ketika Anda membaca tulisan ini pada siang, ketika Anda membaca tulisan ini malam, sore, pagi, dan waktu mana pun. Mulai bertekad melakukan perubahan dengan mengambil keputusan tegas, meskipun yang diputuskan adalah yang dibanggakan sebelumnya, seperti nongkrong tak karuan, berleha-leha, bermalas-malas, tak bertanggung jawab, dll).

Jika masih miskin, mulailah merancang hidup untuk 5 atau 10 tahun ke depan. Upayakan kita tahu apa yang akan terjadi pada diri kita dalam tahun yang telah ditentukan sebelumnya. Misalnya 5 tahun kedepan saya harus menjadi pesepakbola handal, maka sejak saat ini melakukan proses belajar, mencintai latihan, karena seorang Lionel Messi juga tidak begitu saja menjadi pemain terbaik dunia tanpa melakukan proses belajar terlebih dahulu. Yakin bahwa jika terus dilatih, apapun kemampuan yang diinginkan, pasti akan menjadi mahir.

Jika Anda musisi dan kagum terhadap permainan Joe Satriani, the best guitar in the world, bahkan ingin memainkan gitar seperti Joe memainkannya. Sangat bisa! Caranya, cari tahu, berapa kali dalam sehari Joe melatih jari-jarinya, sehingga reflek dan sinkron dengan keinginan hati dan pikiran. Setelah tahu, maka lakukan proses latihan yang dilakukan Joe. Jika memiliki keinginan saja tanpa melakukan proses latihan, is bullshit.!

Begitupun jika ingin berwirausaha mandiri. Jika hanya memiliki keinginan tanpa memetik ide, is bullshit. Jika kekurangan modal menjadi alasan, maka modal itu tidak akan pernah ada jika tak dimulai. Jika modal sudah ada, tetapi khawatir gagal, maka sesungguhnya dia telah gagal, karena ketika disimpan pun (tidak digunakan bisnis), modal itu akan habis dengan sendirinya dimakan waktu, karena memenuhi kebutuhan hidup yang disadari atau tidak. Coba dimulai saja, karena kemungkinan berhasil sukses juga sangat besar, karena ternyata, sangat banyak juga orang yang mulai berwirausaha berhasil dengan awal modal yang sedikit.

Intinya, hanya sekadar mendapat ide saja juga is bulshit, apabila tidak berani mengambil keputusan untuk mulai melakukan. Sering kali takut gagal menghambat terlaksananya sebuah ide yang akhirnya kegagalan pun terjadi, karena keinginan berwirausaha tidak berwujud. Padahal, kendati pun gagal, kegagalan akan menjadi obat sehingga ke depan bisa lebih matang.

Kegagalan menjadi biasa ketika kita memandang kegagalan seperti jatuh dari atas sepeda saat awal belajar, atau batita terjatuh saat belajar berdiri. Semuanya hanya proses, karena setelah lama dilakukan, akan menjadi piawai.

Waktu sudah jauh meninggalkan kelemahan kita, karena takut gagal saat memulai langkah perdana. Celakanya, waktu masih membawa serta usia kita semakin bertambah dan bertambah tua, dalam kondisi masih belum ada perubahan apa pun.

Jangan sekali-kali kita termasuk orang yang bangga dibawa waktu dalam kondisi yang sama dan tanpa perubahan positif dalam setiap jejaknya.

Teringat dengan Firman Allah SWT, dalam surah ke- 103 Al-‘Asr. Meskipun hanya 3 ayat, tetapi memberikan pelajaran yang berharaga, betapa pentingnya waktu.

“Demi masa.”
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.”
“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.”

Ini artinya bahwa begitu waktu sangat penting, sehingga Allah pun berjanji dengan membawa waktu. Bahwa manusia (saya dan Anda) sangat mendapatkan kerugian (miskin dunia dan akhirat), terkecuali melakukan perubahan diri dengan melaksanakan kegiatan positif (bukan sebatas keinginan dan ide), seperti bekerja untuk kesuksesan dunia dan kesuksesan akhirat (menjalankan perintah Allah SWT).

Kemudian Allah juga berjanji demi waktu bahwa kerugian itu akan datang kepada mereka yang tidak saling nasihat dan menasihati (belajar dan mengajarkan) untuk tetap dalam kondisi sabar (ketika melakukan amal saleh) itu.

Jika Allah yang sudah berjanji, maka kerugian bagi orang yang tidak melaksanakan amal saleh dan saling nasihat-menasihati dalam menetapi kesabaran, pasti benar-benar terjadi.

Maka apa lagi yang membuat kita menunggu untuk melakukan perubahan itu, karena waktu saja setiap detik berubah lebih maju.!

Kamis, 23 Juni 2011

Donor Duit & Donor Darah

Penulis: Oji Fooji
Kamis 23 Juni 2011, 07.30 WIB

Wikipedia, donor adalah orang yang mendonasikan sesuatu secara sukarela. Istilah ini biasanya digunakan untuk suatu bentuk murni amal. Dalam tulisan ini, saya akan menguraikan manfaat dari melakukan donor, baik donor duit (uang), maupun donor darah.

Kedua perilaku donor tersebut tentu saja memiliki satu kesamaan dari sisi manfaat yang dihasilkan setelahnya, hanya saja ada banyak perbedaan dalam kontek persyaratan. Intinya, kalau donor darah perlu persyaratan khusus, dan donor duit, sama sekali tidak ada persyaratan apapun. Kedua-duanya juga sama-sama memiliki sifat simbiosis mutualisme.

Donor Darah
Jika kita melakukan donor darah, maka akan terdapat keuntungan bagi pendonor. Sebab, setiap tetes darah yang disumbangkan tidak hanya dapat memberikan kesempatan hidup bagi yang menerima tetapi juga memberikan manfaat kesehatan bagi pendonornya.
Anggapan yang menyatakan mendonorkan darah bisa membuat kita menjadi lemas adalah salah, karena saat mendonorkan darah, tubuh akan bereaksi langsung dengan membuat pengganti (darah) nya. Jadi tidak akan mengalami kekurangan darah. Menurut www.female.kompas.com, selain membuat tubuh memproduksi darah-darah baru, ada lima manfaat kesehatan lain yang bisa kita rasakan, yaitu:

1. Menjaga Kesehatan Jantung
Tingginya kadar zat besi dalam darah akan membuat seseorang menjadi lebih rentan terhadap penyakit jantung. Zat besi yang berlebihan di dalam darah bisa menyebabkan oksidasi kolesterol. Produk oksidasi tersebut akan menumpuk pada dinding arteri dan ini sama dengan memperbesar peluang terkena serangan jantung dan stroke. Saat kita rutin mendonorkan darah maka jumlah zat besi dalam darah bisa lebih stabil. Ini artinya menurunkan risiko penyakit jantung.

2. Meningkatkan Produksi Sel Darah Merah
Donor darah juga akan membantu tubuh mengurangi jumlah sel darah merah dalam darah. Tak perlu panik dengan berkurangnya sel darah merah, karena sumsum tulang belakang akan segera mengisi ulang sel darah merah yang telah hilang. Hasilnya, sebagai pendonor kita akan mendapatkan pasokan darah baru setiap kali kita mendonorkan darah. Oleh karena itu, donor darah menjadi langkah yang baik untuk menstimulasi pembuatan darah baru.

3. Membantu Penurunan Berat Tubuh
Menjadi donor darah adalah salah satu metode diet dan pembakaran kalori yang ampuh. Sebab dengan memberikan sekitar 450 ml darah, akan membantu proses pembakaran kalori kira-kira 650. Itu adalah jumlah kalori yang banyak untuk membuat pinggang kita ramping.

4. Mendapatkan Kesehatan Psikologis
Menyumbangkan hal yang tidak ternilai harganya kepada yang membutuhkan akan membuat kita merasakan kepuasan psikologis. Sebuah penelitian menemukan, orang usia lanjut yang rutin menjadi pendonor darah akan merasakan tetap berenergi dan bugar.

5. Mendeteksi Penyakit Serius
Setiap kali kita ingin mendonorkan darah, prosedur standarnya adalah darah kita akan diperiksa dari berbagai macam penyakit seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C, sifilis, dan malaria. Bagi yang menerima donor darah, ini adalah informasi penting untuk mengantisipasi penularan penyakit melalui transfusi darah. Sedangkan untuk kita, ini adalah "rambu peringatan" yang baik agar kita lebih perhatian terhadap kondisi kesehatan kita sendiri.

Donor Duit
Ada perbedaan dari dua perilaku donor ini. Tetapi, yang paling ringan untuk dilakukan adalah donor duit. Coba kita telaah.

Kalau donor darah, ada proses dan persyaratan yang harus dipenuhi. Dari sisi proses, menggunakan jarum yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah. Sedangkan persyaratannya, dimulai dari usia harus menginjak usia 18 tahun, mendonorkan darah minimal harus setiap tiga bulan sekali, berat dan tinggi badan harus stabil, bukan penderita penyakit berat, dan lain sebagainya.

Tetapi, mendonorkan darah, tidak hanya memberikan 5 manfaat seperti tersebut di atas, tetapi juga bermanfaat positif bagi orang lain yang membutuhkan, karena bisa memberikan kehidupan yang baru bagi orang lain.

Kalau donor duit tidak memiliki persyaratan apapun. Amalan yang sangat praktis dan tidak memberatkan pendonornya secara fisik. Kalau ingin mendapat rezeki yang berlimpah hal yang tidak bisa ditinggalkan adalah bersedekah. Sebab Allah sudah mengingatkan agar donor duit (sedekah) selagi sempit, dan bagi yang bersedekah akan digantikan dengan berlipat ganda.

Jika yang berjanji adalah Sang Pemberi Rezeki, lantas siapa lagi yang Anda percaya. Masih mikir bersedekah? Ikhtiar saja, tidak akan berkah dan berlimpah jika tidak dibarengi dengan doa dan bersyukur dengan melakukan sedekah.

Jika donor darah hanya bermanfaat bagi pendonor dan penerima darahnya saja, sedangkan donor duit, bisa membentuk rantai kehidupan yang tidak akan terputus hingga dunia terbalik.

Contoh:
Dengan Anda mendonorkan duit Rp 10.000 saja kepada seorang yang membutuhkan (misalnya buat makan), penerima sedekah itu membelanjakan uang tersebut ke warung makan, dan makanannya dimakan oleh ia dan anak-anaknya.

Duit Rp 10.000 yang diterima pedagang tersebut, kemudian dibelanjakan lagi untuk kebutuhan lain. Begitu seterusnya, hingga duit itu rusak, atau hilang tak ditemukan.

Pesan
Pesanya adalah baik donor duit dan donor darah, sama-sama memberikan manfaat kepada diri sendiri dan orang lain. Maka, jika Anda merasa sempit dalam kehidupan, solusinya adalah sedekah. Dan bagi Anda yang mendapatkan kondisi tubuh lebih sehat dan memenuhi syarat untuk diambil darahnya, maka sedekahkan darah Anda kepada yang membutuhkan.

Jika pesan ini dianggap benar, lakukan tanpa harus mikir.....! (*)

Selasa, 21 Juni 2011

Shalat Dhuha Kunci Rezeki

Penulis: Oji Faoji
Selasa 21 Juni 2011, 20:35 WIB

SANGAT yakin bahwa setiap muslim yang menjalankan shalat wajib dan dibarengi dengan shalat dhuha akan diberikan kemurahan rezeki oleh Allah SWT. Saya merasa yakin, karena mendapatkan fakta yang nyata, bahwa setiap setelah shalat dhuha sebelum berangkat ikhtiar, pada hari itu, rezeki yang didapat tidak hanya berupa uang, tetapi juga kemudahan-kemudahan dalam menjalankan aktivitas.

Bahkan pada suatu waktu, saya pernah menguji keutamaan shalat dhuha dengan mengatakan kepada beberapa teman bahwa saat itu saya akan mendapatkan rezeki, berupa uang yang lebih banyak dari hari-hari biasa. Saya berbicara seperti itu pada pagi harinya, sekitar pukul 08.30 WIB.

Siang pada hari yang sama, saya bertanya kepada seorang teman yang mendengar ucapan tersebut. “Bagaimana, berapa rezeki yang kamu dapatkan hari ini,” aku mendahului.

Temen saya bilang. “Saya pasti lebih banyak, karena banyak mengunjungi tempat. Sedangkan kamu kan tidak kemana-mana,” katanya.

Ketika saya sebutkan nominal rezeki berupa uang yang saya dapat hari itu, temen langsung kaget. “Saya dapat Rp…., kamu berapa?” saya kembali bertanya. “Beuh banyak amat,” katanya. “Ini karena saya shalat dhuha. Kalau kamu mau, kamu boleh mencobanya. Yakin lah pasti diberikan rezeki dan kemudahan yang banyak,” kata ku.

Memang benar, meski beraktivitas di tempat sama, saya bertemu dengan sejumlah orang yang lima orang di antaranya memberikan uang dengan menawarkan pekerjaan dan ada juga yang tiba-tiba memberikan.

Shalat dhuha sangat luar biasa. Anda pun boleh mencobanya.!

Penasaran dengan keadaan yang ajaib itu, saya coba mencari tahu tentang keutamaan shalat dhuha sesungguhnya. Ternyata, shalat dhuha, sama dengan sedekah.

Abud Darda Radhiyallahu 'anhu, di mana dia bercerita, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Barangsiapa mengerjakan shalat dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditetapkan termasuk orang-orang yang lengah. Barangsiapa shalat empat rakaat, maka dia tetapkan termasuk orang-orang yang ahli ibadah. Barangsiapa mengerjakan enam rakaat maka akan diberikan kecukupan pada hari itu. Barangsiapa mengerjakan delapan rakaat, maka Allah menetapkannya termasuk orang-orang yang tunduk dan patuh. Dan barangsiapa mengerjakan shalat dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di Surga. Dan tidaklah satu hari dan tidak juga satu malam, melainkan Allah memiliki karunia yang danugerahkan kepada hamba-hamba-Nya sebagai sedekah. Dan tidaklah Allah memberikan karunia kepada seseorang yang lebih baik daripada mengilhaminya untuk selalu ingat kepada-Nya" Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani.

Simak juga!
Abud Dzar Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. "Bagi masing-masing ruas dari anggota tubuh salah seorang di antara kalian harus dikeluarkan sedekah …Dan semua itu setara dengan ganjaran dua rakaat shalat Dhuha" Diriwayatkan oleh Muslim.

Jika shalat dhuha dua rakaat dianggap sedekah tubuh, maka akan lebih maksimal jika dibarengi dengan sedekah harta. Sebab, sedekah merupakan penolak bala, penyubur pahala, dan melipatgandakan rezeki; bagai sebutir benih yang ditanam akan menghasilkan tujuh cabang, yang pada tiap-tiap cabang itu terjurai seratus biji. Dalam Al Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (Al Baqarah: 261).

Ayat di atas merupakan janji Allah SWT. Jika Allah yang berjanji, maka kemungkinannya hanya satu, yaitu, setiap yang bersedekah harta, pasti akan dilipatgandakan hartanya.

Ada lagi ayat yang di antaranya menyebutkan bahwa kebajikan manusia belum semburna jika tidak bersedekah. “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (Ali Imran: 92)
Jika sudah begitu, apalagi yang membuat saya dan Anda ragu dalam bersedekah. Terlebih ada yang meyakini bahwa Sedekahlah, Maka Kau Akan Kaya.!! (**)

Senin, 20 Juni 2011

Bertindak Sekarang Juga

Senin (20/6) malam ini, saya cukup tersanjung dan patut bersykur, karena mendapatkan informasi luar biasa dari Tung Desem Waringin, melalui milis TDWClub. Motivator ternama yang sangat saya kagumi, mengirimkan sebuah email yang berisi ajakan untuk saya terus melakukan pembelajaran. Jika sudah mendapatkan ilmu dari hasil belajar, saya disarankan untuk langsung melakukan tindakan dan tidak menunda-nundanya.

Agar saya dan Anda sama-sama mendapatkan pelajaran apa yang saya terima dari Tung Desem Waringin, di bawah ini akan saya lampirkan kalimat lengkapnya, tanpa ada perubahan apa pun. Judul pada tulisan dari email yang saya terima tersebut adalah “Bertindak Sekarang Juga.”

Berikut saya lampirkan:


Hi Oji,
Bersama Saya Tung Desem Waringin Disini,

Banyak orang belajar dan tidak pernah bertindak maka hasilnya Nol Besar. Banyak orang bertindak dan tidak pernah belajar maka hasilnya cuma begitu-begitu saja dan tidak berkembang.

Seperti mangkuk rezeki, kalau kita tidak pernah belajar untuk memperbesar rezeki kita maka rezeki yang berlimpah terus tumpah karena mangkuk rezeki kita tidak bertambah besar. Dan yang paling parah, orang yang tidak belajar dan tidak bertindak. Mereka jadi pengangguran seumur hidup tertekan dan hidup menjadi beban orang lain. Dan sekarang, tibalah saatnya anda untuk bertindak. Bertindak bukan berarti berhenti belajar. Jadi saran saya dan Robert Kiyosaki :

1. Berhentilah melakukan apa yang sedang anda lakukan. Dengan kata lain, ambillah istirahat dan nilailah apa yang berhasil dan apa yang tidak berhasil. Definisi gila adalah melakukan hal-hal yang sama dan mengharapkan hasil yang berbeda. Berhentilah melakukan apa yang tidak berhasil dan carilah sesuatu yang baru untuk dilakukan.

2. Carilah gagasan atau ide baru. Untuk gagasan investasi yang baru, saya pergi ke toko buku dan mencari buku-buku tentang topik yang berbeda dan unik. Saya menyebutnya formula. Saya membeli buku-buku praktis tentang formula yang sama sekali tidak saya ketahui.

3. Temukanlah seseorang yang telah melakukan apa yang ingin anda lakukan. Ajaklah mereka makan siang. Mintalah nasihat atau petunjuk dari mereka, trik-trik kecil perdagangan itu.

4. Ikutlah kursus dan seminar. Saya melihat koran untuk mencari kursus baru dan menarik. Banyak yang gratis atau dengan biaya yang murah. Saya juga menghadiri dan membayar seminar yang mahal mengenai apa yang ingin saya pelajari. Saya kaya dan bebas dari kebutuhan akan pekerjaan hanya karena kursus-kursus yang saya ambil. Saya mempunyai teman yang tidak mengikuti kursus-kursus itu dan memberitahu saya bahwa saya hanya membuang-buang uang. Dan ternyata mereka masih pada pekerjaan yang sama.

Semoga bermanfaat,

Saya memang memiliki kesimpulan sendiri atas tulisan tersebut. Tetapi alangkah baiknya Anda juga ikut menyimpulkan sendiri. (*)

Kamis, 16 Juni 2011

Pemancing Bermimpi ‘STRIKE’

Oleh: Oji Faoji
Rabu (15/6) malam (22.58 WIB)

Pehobi mancing di setiap tikungan pasti ada. Hobi ini memang sangat banyak peminatnya, karena “kabarnya” memiliki sensasi luar biasa.

Saya sendiri sesungguhnya bukan termasuk pehobi mancing. Saya lebih banyak mendengar dari sejumlah kawan bahwa memancing adalah hiburan yang menyenangkan.

Kalau saya melihat dari sudut berbeda bahwa ada pelajarn yang bisa dipetik dari pemancing. Mereka memiliki mimpi dan mimpinya itu dikejar tanpa lelah, konsisten, tekun dan sangat sabar. Mereka rela berkorban, tidak hanya tenaga, pikiran, maupun dana saja untuk menjemput mimpinya itu.

Ada yang tahu apa mimpi para pemancing? Mimpi mereka bukanlah ikan hasil pancingan, atau hanya sekadar jalan-jalan mengisi waktu libur. Mereka memiliki mimpi yang jelas, yaitu “STRIKE”

Strike adalah saat dimana kail yang berisi umpan dimakan ikan. Saat itu, ikan menarik dirinya lebih dalam ke dasar laut, sementara si pemancing menarik pancingnya sehingga terjadi tarik menarik. Jika itu terjadi, maka mimpi pemancing benar-benar tercapai. Apalagi ikan yang menelan kail pancing mereka, berukuran besar. Pasti sangat eksotis. Benar kan.?

Coba kita sama-sama perhatikan perjuangan pemancing dalam menggapai mimpi mereka. Kasusnya boleh jadi sama, mungkin juga berbeda. Tetapi saya sering mendengar beberapa teman pemancing, mereka melakukan hal-hal seperti digambarkan berikut ini:

Meninggalkan Keluarga
Si pemancing, ia adalah teman saya, mengaku sering meninggalkan istri ssaat libur hari kerja untuk memancing. Istri dan anaknya sering ia tinggalkan, jadwal jalan-jalan keluarga juga sering batal, karena teman saya itu lebih memilih memancing.

“Saya kalau waktu libur kerja nggak mancing, haruuuhh... di rumah pun ngelamun, nggak tenang, terbayang strike. Kalau lagi pengen mancing, saya pergi aja,” katanya.
“Terkadang harus ribut dulu sama anak, karena jadwal liburannya terganggu. Tapi ya begitu lah,” ujarnya.

Bermodal Tinggi
Memenuhi kebutuhan hobi mancing memang tidak murah. Ada yang sampai menghabiskan jutaan rupiah sekali berangkat ke tengah laut menggunakan kapal boot. Beberapa kawan mengatakan bahwa hobi mancing di tengah laut ada yang lebih murah, yaitu sekitar Rp 250 ribu sekali berangkat menggunakan perahu.

Jika 4 kali dalam sebulan, maka biaya yang dikeluarkan Rp 1 juta. Jumlah pengeluaran itu di luar untuk makan dan kebutuhan lainnya. Biayanya, tentu saja bukan hanya itu, tetapi juga properti alias alat memancing yang harganya juga tidak kalah ‘edan’.

Korbankan Waktu
“Memancing itu baru berasa puas, minimal 10 jam, dari jam 8 pagi hingga pukul 17.00 WIB,” kata teman saya. Ketika disinggung itu menghambur-hambur waktu, para pemancing tentu saja tidak akan terima. Mereka menganggap bahwa waktu tersebut sangat tepat untuk mereka mendapatkan strike-strike yang sangat mereka mimpikan.

Tak Peduli Tenaga
Hanya untuk mimpi STRIKE, pemancing tidak peduli bagaimana tenaga mereka dikuras untuk melempar dan menarik kail. Padahal, jika di tempat kerja, mereka akan meminta bayaran yang tinggi karena menggunakan tenaga mereka.

Risiko Tak Dihiraukan
Untuk menjemput strike, beberapa risiko, seperti terjadi hujan lebat saat di tengah laut, angin kencang, terjadi badai, dan lainnya, tidak pernah dihiraukan. Mereka akan tetak konsisten, tekun, dan bersabar untuk mendapatkan strike.

Perjuangan pemancing hanya untuk mendapatkan strike mungkin ada yang sama seperti saya akan ceritakan di bawah.

Seorang pemancing dengan segala pengorbanan seperti tersebut di atas mungkin tidak mendapatkan .

Seorang pemancing dengan segala pengorbanan seperti tersebut di atas mungkin tidak mendapatkan strike selama sehari perjalanan. Ketika kail berisi umpan ia lemparkan ke laut, kemudian ia rela menunggunya hingga mungkin 10 – 15 menit, setelah kail ditarik, ternyata tidak ada ikan yang nyangkol, yang ada, umpan habis.

Setelah diisi umpan, kail kemudian dilempar lagi, ketika dilihat ujung pancing bergerak dan ada yang memakan. Pemancing kemudian menggulung tali pancing mereka hingga ke atas. Setelah kali naik, ternyata umpannya habis. Begitu, begitu, begitu, dan begitu seterusnya, hingga 10 jam.

Pemancing ulung tentu tidak akan pernah merasa puas, karena ingin merasakan strike yang selama ini menjadi mimpinya. Libur pekan depan, ia berangkat lagi dengan pengorbanan yang sama. Setelah melakukan upaya memancing, ternyata kejadiannya sama, mereka tidak mendapatkan apa-apa.

Libur pekan depannya mungkin mancing mania berangkat lagi, hingga pada akhirnya, mereka mendapatkan STRIKE.....!!! Ia mulai saling tarik ulur dengan ikan. Ia bermain dengan ikan hingga ikan merasa lemas. Strike membuat pemancing merasa puas, puas, dan puassss...!!!! Bahkan, pemancing akan lupa dengan yang sudah dikorbankannya, setelah mendapatkan strike. Sungguh luar biasa...


Ibroh
Kalau saja dalam keseharian hidup memiliki mental seperti pemancing, pasti sudah sukses. Kita akan bebas menentukan mimpi, misalnya bisa menciptakan pesawat jenis baru yang lebih canggih dari yang sudah ada. Mengapa sukses..?? Sebab, filosofi perjuangan para pemancing yang tidak kenal lelah menuntut Anda untuk menar-benar mewujudkan impian tersebut.

Tentu saja dengan meninggalkan keluarga untuk melakukan riset, butuh monal tinggi, banyak mengorbankan waktu untuk kepentingan tersebut, tidak peduli tenaga dikuras dan tidak mempedulikan risiko yang didapat. Semuanya dilakukan dengan tekun dan sabar. Akhirnya BERHASIL...... sangat BERHASIL..... (*)

Senin, 13 Juni 2011

Belajar dari Pernikahan Teman

Penulis: Oji Faoji
Senin, 13 Juni 2011

Wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, adalah perintah untuk membaca. Tuhan memerintahkan kepada Nabi untuk membaca. “Bacalah...”, kata ini sampai diulang beberapa kali, karena begitu sangat penting untuk dilakukan. Padahal ketika itu (di Gua Hira), tidak ada tulisan yang bisa dibaca.

Pelajaran apa yang bisa diambil dari sedikit sejarah Nabi di atas? Jawabannya sangat luar biasa.

Ini artinya bahwa membaca tidak hanya sekadar tekstual, tetapi juga kehidupan riil di sekitar kita. Setelah membaca, maka kita bisa menjadikan apa yang dibaca sebagai pelajaran dan setelah itu bisa melakukan perubahan pada diri ke arah lebih baik.

Membaca tekstual yang tertuang dalam buku sangat penting, karena buku adalah kumpulan tulisan yang bisa berdasarkan fakta, maupun hasil penelitian para ahli. Semakin banyak membaca buku, maka semakin banyak pula kita mengetahui sesuatu yang belum diketahui dari para ahli. Kalau saja setiap bulan kita membaca 2 buku, maka dalam setahun atau 12 bulan, kita bisa membaca 24 buku berlainan yang dibuat para ahli. Dengan demikian artinya bahwa kita bisa memiliki disiplin ilmu yang sangat luas.

Membaca lingkungan di sekitar kita adalah suata tindakan yang juga sangat penting. Kita bisa belajar dari teman, kesuksesan teman, kegagalan teman atau kita belajar kepada diri kita sendiri, kemajuan-kemajuan yang dilakukan, kegagalan-kegagalan di masa lalu, dan belajar kepada alam. Intinya adalah hal bermanfaat apa yang bisa diambil untuk menjadi pelajaran dan berpengaruh terhadap perbaikan hidup kita.

Sedikit saya cerita tentang sikap optimistisme yang dipegang seorang teman. Pada Minggu 12 Juni 2011, saya bersama beberapa teman berangkat menuju lokasi pernikahan teman kami itu. Berangkat pagi berharap ikut menyaksikan proses akad nikah, tetapi tiba di lokasi pas matahari berada di atas kepala.

Sebenarnya kami sudah berada di sekitar lokasi, karena undangan yang disebarnya tidak menggunakan surat yang di dalamnya disertakan lokasi resepsi, akhirnya kami sempat nyasar. Terlebih di depan gang masuk menuju lokasi, tidak ada tanda-tanda lain, seperti janur kuning yang biasanya menunjukkan ada pesta pernikahan.

Setelah tiba di tempat acara, kami baru tahu bahwa acara digelar secara sederhana. Ketika masuk ke tempat acara, saya melihat teman tersebut tersenyum riang seolah tanpa ada beban yang menggelayuti. Dia seperti terlepas dari sebuah bandulan yang berat. Dia sangat-sangat tampak riang. Dua hari sebelum pernikahannya, teman saya juga masih bekerja biasa seperti tanpa ada beban. Padahal biasanya, pria yang sudah dekat di waktu pernikahannya, banyak hal yang dipikirkan.

Apa yang dirasakannya tampak sama dengan pasangan mempelai lain yang saya juga menghadiri pesta pernikahannya pada Sabtu 11 Juni 2011.

Yang beda dari keduanya, adalah kemasan pestanya saja. Kalau pesta pernikahan teman saya berlangsung dengan sederhana, bahkan tidak ada kursi pengantin dan tata rias ruangan yang lazim ada. Sedangkan pernikahan yang saya hadiri sebelumnya, justru sebaliknya. Pesta digelar di sebuah gedung, dengan tata rias, dan kursi pengantin yang sangat luar biasa. Sangat glamor.

Kalau diperhitungkan dari sisi keduanya akan sangat terlihat jomplang jauh. Tetapi keriangan mereka tampak sama. Kalau saya boleh menduga, mereka tampak bahagia karena sudah memiliki pasangan yang sah, yang sebelumnya sangat mereka harapkan. Intinya, impian mereka tercapai.

Pesan
Pesan dari cerita di atas cukup sederhana. Jika Anda memiliki mimpi, apapun mimpi itu, maka kejar dengan langkah-langkah realisasi dalam setiap keseharian, waktu demi waktu.

Bagi Anda yang belum menikah dan sudah cukup umur, tidak perlu banyak pertimbangan. Lakukan saja dengan keadaan yang Anda mampu. Lakukan komunikasi dengan calon pasangan bahwa inti dari impiannya adalah menikah. Dengan banyak atau pun sedikit uang yang dikeluarkan untuk biaya pesta pernikahan, tidak akan merubah kebahagiaan yang dirasakan keduanya.

Yang dengan keadaan sederhana, mungkin lebih merasa tenang, karena tidak memaksakan diri berhutang hanya untuk pesta pernikahan dan kembali murung setelah menikah, karena harus mencari jalan keluar untuk menutupi biaya pernikahan tersebut.
Semoga bermanfaat....!!

Jumat, 10 Juni 2011

Rezeki dari Banyak Gelas

Penulis: Oji Faoji
Kamis (9/6) malam

REZEKI adalah lima huruf yang kehadirannya sangat diharapkan semua orang. Dengan rezeki orang bisa mencukupi segala kebutuhannya.
Tetapi sesungguhnya, rezeki juga saya pikir bisa diartikan yang lebih luas, yang intinya adalah tertanam kebahagiaan setelah mendapatkannya. Sebab rezeki itu adalah dari Allah (Rizkum Minallah).

Pada tulisan ini, saya akan memfokuskan pembahasan pada rezeki berupa kekayaan harta, dalam hal ini adakah uang.

Kalau saya merasa yakin bahwa rezeki itu sepereti hujan yang diberikan Allah. Hanya saja, hujan rezeki ini adalah hujan yang tidak digantikan kemarau. Karena itu, tidak ada pilihan bagi kita untuk mendapatkan rezeki, terkecuali dengan menadahnya.

Menadahnya dengan tangan, tentu tidak akan bisa mendapat banyak. Rezeki yang beranalogi hujan itu harus ditadang menggunakan tempat, apakah ember atau bak berbagai ukuran. Asal jangan yang bocor. Kalau pun ember atau bak tidak punya, ya sekadar gelas harus ada.

Saya sendiri saat ini merasa bangga dengan hanya memiliki satu gelas yang saya yakin gelas bergagang (gelas yang paling besar). Tetapi memang masih perlu cukup, karena kebutuhan hidup terus bergulir. Sehingga, saya perlu menciptakan gelas-gelas bergagang lainnya agar air hujan (rezeki) yang saya dapatkan bisa lebih banyak.

Satu gelas yang saya maksud adalah saat ini saya bekerja di sebuah perusahaan media, yaitu Banten Raya Post, yang saya sendiri bangga ikut berkarier di dalamnya. Saya menilai bahwa tempat penampung rezeki saya saat ini belum besar, sehingga perlu lebih diperbesar, misalnya dari semula hanya gelas bergagang, menjadi ember.

Tetapi tentunya, saya tidak boleh menunggu gelas bergang itu menjadi ember, karena untuk menjadi ember. Lebih baik, saya menambah wadah alias tempat penampung rezeki lain, meskipun hanya gelas kecil.

Gelas kecil itu saat ini kondisinya masih saya buat dan saya yakin tidak perlu menunggu lama, sudah utuh hingga mampu menampung rezeki. Lebih jelasnya bahwa saat ini, saya sedang melakukan proses pembelajaran untuk berprofesi sebagai seorang motivator. Saya percaya bahwa dengan berprofesi sebagai motivator, saya memiliki penghasilan tambahan selain dari profesi saya saat ini sebagai wartawan.

Saya bermimpi bahwa kelak saya bisa menciptakan banyak wadah meskipun hanya gelas yang bisa menampung sedikit rezeki, yang jika isi dari gelas tersebut dikumpulkan bisa memenuhi ember.

Tapi saya juga merasa yakin dan percaya bahwa mimpi saya tersebut bisa tercapai, karena saya akan berusaha untuk mencapainya. Bahkan nanti, wadah tersebut bukan berupa gelas-gelas yang banyak, tetapi menjadi ember-ember yang banyak atau justru bak-bak yang banyak, sehingga jika dikumpulkan isi rezeki dari bak-bak penampungan tersebut, menjadi sebuah kolam.

Jika saya sudah mampu menciptakan kolam yang bahkan tidak hanya satu atau dua, saya pasti akan mencari orang-orang yang belum memiliki wadah (pekerjaan) untuk saya berikan wadah tersebut, dan bila perlu saya isi wadah tersebut untuk mereka kembangkan agar bisa menciptakan banyak wadah tempat menampung rezeki.

Saya yakin dan percaya bahwa Allah menyebarkan rezeki tersebut secara luas. Hanya saja, tempat penampung rezeki kita yang harus dimaksimalkan, yaitu ditambah atau diperbesar.

Mari berjuang keras dan saya yakin dan percaya bahwa kita akan menjadi Juara yang memiliki banyak rezeki. (*)

Rabu, 08 Juni 2011

Aku Sukses Setelah ‘Gila’

Penulis: Oji Faoji
Rabu 8 Juli 2011 Dini Hari

SAYA ingin sampaikan bahwa sesungguhnya tulisan ini hanya untuk konsumsi pribadi, karena menceritakan pengalaman pribadi. Tetapi bagi yang ingi tahu, silakan ikut baca dan terbuka juga untuk umum. Hehehe...

Saya menjadi ‘Gila’ hanya dalam waktu dua pekan setelah mulai gemar membaca beberapa buku karya motivator terkemuka di Indonesia, bahkan tingkat dunia.

Mulanya, ketika datang ke sebuah toko buku di Cilegon pada 16 Mei 2011, mata saya langsung tertuju pada sebuah buku berjudul Percepatan Rezeki Dalam 40 Hari dengan Otak Kanan, karya penulis mega-bestseller Ippho Santosa. Setelah membacanya, kemudian tertarik dan saya coba memperdalam lagi dengan bacaan lain. Ternyata, pada 28 Mei 2010, saya juga menemukan buku yang tepat, yaitu karya motivator dan penulis bestseller lainnya, Bong Chandra. Bukunya berjudul The Science of Luck. Setiap hari dari sejak menemukan buku Ippho Santosa, membca buku-buku terkait motivasi tidak saya lewatkan. Malam, siang, sore selalu saya baca.

Terlebih secara kebetulan, ternyata saya juga memiliki buku terkait, yaitu buku Terapi Kekuatan Pikiran, karya Marc Salem, penulis bestseller di tiga benua, Amerika, Eropa, dan Australia. Selain itu juga memiliki buku self hypnosis, karya pakar hypnosis tingkat dunia.

Keempat buku tersebut yang buat saya berangsur-angsur menjadi ‘Gila’. Terjadi perubahan pola pikir yang begitu cepat, antara lain, di dinding facebook, saya hanya menuliskan status tentang motivasi, baik itu kutipan dari buku-buku yang saya baca, ada juga yang memang saya yang menciptanya.

Status yang ditulis di facebook itu sesungguhnya bukan untuk dikomentari, tetapi lebih kepada menguatkan tekad untuk merubah cara pandang diri saya sendiri.

Timbul sebuah keinginan untuk bertemu dengan seorang motivator, dan tak lama, seorang teman, bernama Haikal Ayi Fatihi, menawakan saya untuk mengikuti sebuah workshop motivasi yang motivatornya adalah orang Banten. Saya coba katakan kepada teman tersebut untuk mempertemukan saya dengan motivator bernama Geanez Reza. Dan benar saja, hanya butuh waktu 2 jam dari keinginan itu, saya dipertemukan dengan Reza pada 4 Juni 2011, yang kebetulan juga tengah berada di Cilegon. Padahal Reza biasanya sibuk, karena ia juga adalah seorang direktur di sebuah perusahaan.

Setelah terlibat perbincangan selama sekitar 3 jam sejak pukul 17.00 WIB, saya kemudian pulang dan menggali lagi apa yang disampaikan Reza dalam pertemuan tersebut. Teringat Reza yang mengatakan tentang terapi kekuatan pikiran, saya buka lagi buku karya Marc Salem tersebut, dan ternyata saya lebih memahami banyak hal. Antara lain, bahwa pemikiran dapat mempengaruhi tubuh. Artinya, pikiran yang buruk akan membawa tubuh juga ikut berperilaku buruk. Ini kunci yang ternyata saya mampu melakukan perubahan dalam beberapa hal. Misalnya, yang semula biasa tidur lagi setelah bangun pagi, dan berangkat siang bekerja, sekarang berbalik. Saya tetap terjaga setelah bangun pagi dan sempat bercengkerama dengan keluarga secara bebas, karena memiliki waktu cukup luang. Saya yang biasa berangkat kerja sekitar pukul 10.00 menjadi lebih pagi.

Yang membuat saya ‘Gila’ adalah bahwa saya menyampaikan impian saya sebagai motivator terkenal kepada pejabat tinggi di Pemkot Cilegon. Semula saya katakan kepada Sekda Abdul Hakim Lubis dan setelah itu kepada Walikota Cilegon Tb Iman Ariyadi.

Ini saya lakukan agar saya benar-benar memiliki semangat yang kuat untuk mewujudkan cita-cita hidup menuju yang lebih baik. Mengapa keduanya yang saya pilih, karena sekda adalah jabatan puncak karir di birokrat, dan walikota adalah orang nomor 1 di sebuah daerah. Ini kelak akan menjadi sejarah bagi saya dan menjadi kebanggaan bagi keturunan saya kelak, betapa ayahnya, atau kakeknya, melakukan ke-gila-an semacam itu.

Ingin tahu apa perbincangan saya dengan walikota? Akan saya bocorkan.
Ketika itu, saya diantar masuk untuk bertemu walikota oleh Kabag Kominfo Pemkot Cilegon Zaenal Musadad pada Senin (6/6).

Saya katakan. “Pak Walikota, Anda adalah orang sukses, dan saya ingin seperti Anda. Bukan sebagai walikota, tetapi ingin belajar mendapatkan motivasi kuat agar cita-cita bisa tercapai.”
“Memang kenapa,” kata walikota.
Saya bilang, “Saya ini sudah berusia 30 tahun, dan tidak mungkin masih menjadi wartawan di usia 35 apalagi 40 tahun.”
“Terus apa yang kamu cita-citakan, jadi pegawai,” kata walikota.
“Tidak Pak Wali,” sahut saya. “Saya ingin sampaikan kepada Pak Wali bahwa saya hanya ingin menjadi penulis buku dan motivator atau seorang trainer sukses. Saya ingin belajar kepada Pak Wali terkait bagaimana menjemput kesuksesan, karena pak wali saat ini sudah mendapatkannya,” saya tambahkan.
Walikota hanya tersenyum, mendengar saya.
“Begini pak wali. Jalan saya untuk menjadi motivator terkenal sudah terbuka. Pertama, pada 29 Juni 2011 nanti, PWI akan menggelar raker yang di dalamnya ada training motivasi dengan durasi penyampaian materi 4 jam. Kemudian pada 3 Juli, saya akan ikut sendiri workshop terkait motivasi oleh pemateri yang sama, hanya waktunya bertambah menjadi 8 jam. Kemudian, setelah lebaran, saya juga akan ikut workshop training of trainer (TOT), artinya saya ikut pelatihan menjadi trainer dengan waktu ajar 12 jam. Jika itu sudah saya lalui, maka saya sudah menjadi motivator,” kata saya.
“Bukankah itu hanya pekerjaan sosial tanpa profit,” ujar walikota.

“Tidak pak, itu jelas pekerjaan halal yang mungkin saya bisa kaya setelah berprovesi sebagai seorang motivator. Sebab, setiap yang ikut training motivasi, harus membeli tiket serendah-rendahnya Rp 350.000 bahkan ada yang mencapai jutaan rupiah dengan minimal peserta 60 orang. Jika dikalikan, maka terkumpul Rp 18 juta. Jika untuk biaya hotel dan makan Rp 10 juta, kemudian untuk properti Rp 3 juta, maka masih ada sisa Rp 5 juta, dari hanya berbicara 8 jam,” saya jelaskan kepada walikota.
“Tidak hanya bertindak sosial, mendorong manusia untuk optimistis menjemput kesuksesannya, tetapi juga ada nilai profit yang bisa membuat saya jadi kaya. Seperti halnya profesi lain, seperti dokter, bidan, dan sejenisnya. Mereka menolong, tetapi berhak untuk dihargai,” saya sampaikan kepada walikota.
“Kalau begitu saya dukung,” walikota menegaskan.
Saya sangat puas menyampaikan itu, meskipun bagi sebagian orang sangat lucu dan sangat ‘gila’ mungkin, saya menyampaikan hal pribadi semacam itu kepada walikota yang kesehariannya terjadwal. Artinya, orang yang ingin bertemu dengannya juga dipandu ajudan, karena memang jadwalnya sangat padat itu.
Ilmu yang saya dapatkan dari Sekda Cilegon belum saya sampaikan dalam tulisan ini, karena cukup untuk konsumsi diri saya sendiri, dan saya akan tulis dalam kesempatan berbeda.

Ke-gila-an yang saya alami ini juga saya sampaikan kepada yang lain agar mereka mengetahui dan kelak mendukung perjalanan saya yang ingin menjadi motivator handal. Sehingga pada malam ini Selasa (7/6), atau 2 jam sebelum tulisan ini saya buat, saya menyebarkan sms kepada tiga teman yang saya sangat percaya kepada mereka bahwa mereka benar-benar mendukung cita-cita saya.
Berikut bunyi sms yang saya sampaikan. “Cuy, ingatkan gw kelak. Kalau gw sdh jadi motivator, minimal stelah ikut TOT (training of trainer / setelah lebaran), bahwa gw akan memberikan training motivasi gratis kpada anak2 jalanan dan pengamen.” Ketiga teman yang saya kirimkan sms tersebut membalas sms dengan bentuk dukungan. Terakhir sms yang saya sampaikan kepada ketiga temen saya itu adalah. “Sip. Langkah saya ke ksuksesan harapan itu tinggal 30 cm lagi.”
Ini saya sampaikan agar saya lebih bersemangat mengejar cita-cita itu, karena waktu menuju 30 cm itu sangat singkat. Hehehe...
Saya benar-benar gila, karena melakukan perubahan diri, berupa sikap optimistis yang begitu cepat. Ke-gila-an ini akan saya pertahankan terus hingga akhir hayat menjemput. Amin....!!

Selasa, 07 Juni 2011

Hancurkan Mental Block

Penulis: Oji Faoji
Ditulis: Minggu 5 Juni 2011

KALAU boleh saya katakan bahwa ada dua faktor yang mendorong kita menjadi sukses dan mampu mewujudkan apa yang diinginkan. Kesuksesan tersebut tidak hanya dari faktor eksternal, misalnya telah membaca buku-buku dan mengikuti pelatihan-pelatihan dari motivator terkenal sekelas Bong Chandra, Mario Teguh dan Ippho 'Right' Santosa, atau motivator kelas dunia seperti Marc Salem, saja.

Kesuksesan tersebut juga harus ada dorongan kuat dari internal, yaitu diri kita sendiri. Artinya, sejauh mana kita telah melaksanakan apa-apa yang kita baca dan simak dari pelatihan-pelatihan para motivator tersebut.

Jika kita hanya membaca dan mengikuti pelatihan-pelatihannya saja, tanpa mempraktikannya, ya tidak mungkin kesuksesan itu tercapai. Sebab, kita akan sukses seperti mereka yang kita baca bukunya, seperti mereka yang kita ikuti pelatihannya, jika telah melakukan apa-apa yang mereka lakukan.

Memang bukan perkara mudah untuk kita bisa merealisasikan apa-apa yang sudah kita baca dan pelajari, selama kita masih mempertahankan mental blcok yang ada pada diri kita. Dengan demikian, mental block itu harus kita hancurkan.

Dengan cara apa, yaitu dengan kita menjadi motivator bagi diri kita sendiri. Kita yang menggerakan semua yang ada pada diri kita.

Lebih jelasnya, dalam sebuah artikel Tung Desem Waringin, motivator ternama Indonesia, pernah dijelaskan tentang bagaimana menghancurkan mental block yang mengganggu diri kita. Namun sebelum itu, saya sedikit ingatkan kepada Anda, bahwa nama Tung Deesem tidak asing bagi warga Banten, khususnya wilayah Kota Serang. Sebab, sekitar tahun 2009, Tung Desem Waringin pernah menyebar uang miliknya senilai miliaran rupiah melalui helikopter di sebuah lapangan di sekitar Kecamatan Taktakan di Kota Serang. Kontan saja masyarakat berebut dan meraup keuntungan dari yang dilakukan Tung Desem Waringin terebut.

Menurut Tung Desem Waringin, di dalam hidup ini kita berjalan sesuai dengan apa yang kita pikirkan dan yang kita rasakan. Kalau ibarat mengendarai mobil, kalau mobil itu tidak ada halang-halangan, maka akan lancar, sehingga akan cepat sampai tujuan. Namun apabila mesin tersebut ngadat atau ada yang rusak, maka akan menghambat kita sampai tujuan. Seperti itulah mental block

Lebih jelasnya, mental block adalah salah satu penghambat kita untuk mencapai tujuan atau impian kita. Ccontoh mental block adalah kondisi dimana keyakinan yang menghambat, misalnya takut. Takut adalah salah satu mental block apabila kita takut gagal, perasaan takut ini membuat kita takut untuk bertindak. Kita tahu bahwa jika sudah takut bertindak, maka tidak mungkin ada hasil. Kita harus merubah perasaan takut tadi menjadi berani atau manjadi percaya diri.

Dikatakan Tung Desem, cara menghancurkan mental block yang menghambat dengan hipnosis itu bisa dikatakan dengan relaksasi bahwa saya adalah seorang yang percaya diri dan berani. Jadi mulai hari ini saya adalah seorang pemberani dan percaya diri. Tidak hanya itu, jika ada mental block lainnya yang menghalangi, misalnya kita tidak pantas menjadi orang kaya, maka tidak akan kaya.

Artinya, mental block yang seperti itu juga harus dihancurkan, dengan cara melakukan relaksasi dan mengatakan bahwa kita layak menjadi orang kaya atau menjadi orang sukses.

Dengan cara hipnosis, kata Tung Desem, jauh lebih mudah, seperti masuk ke dalam kondisi relaksasi dan kita sugesti bahwa kita orang yang layak, orang yang berharga, sehingga kita patut menjadi orang kaya orang sukses.

Motivator sukses lainnya, yakni Gheanez Reza, dalam pertemuan Sabtu (4/6) sore lalu, mengatakan bahwa yang menghalangi kesuksesan adalah mental block. Contoh sederhana bahwa seorang marketing terkadang ada yang lebih menginginkan klien yang dihubungi tidak mengangkat, karena faktor kekhawatiran tidak mau beli produk misalnya, atau kekhawatiran-kekhawatiran yang lain. Nah kekhawatiran-kekhawatiran tersebut adalah mental block yang harus dihancurkan.

Dikatakan Reza, ada mental block yang sudah terpatri dalam alam bawah sadar kita sejak masih anak-anak. Dan yang menciptakan mental bock terhadap diri kita adalah orangtua kita sendiri. Misalnya, ketika anak meminta uang jajan, orangtua sering marah-marah sambil mengatakan. “Kamu, minta jajan aja. Emang nyari duit gampang apa.” Pernyataan semacam itu masuk ke alam bawah sadar anak tersebut dan menjadi mental block yang membuat si anak tersebut, setelah besar merasa sulit untuk mencari uang.

Atau ada contoh lain yang sederhana bahwa ketika ada orang yang mengatakan kamu akan berubah. Orang tersebut justru mengatakan, “Wah, kayaknya saya belum bisa berubah (baik).” Atau ada yang lebih parah, “Saya mungkin tidak bisa berubah (baik).” Itu adalah mental block.

Solusinya adalah kuatkan pikiran kita dan lawan mental block tersebut dengan cara sering mengatakan dan menuliskan apa yang diinginkan, serta fokus melakukan perubahan.

Dengan demikian, coba kita catat apa saja yang menjadi mental block bagi kesuksesan diri kita, agar bisa dihancurkan dan diganti dengan fokus terhadap hal baik apa yang kita inginkan. Semoga berhasil.! (*)

Senin, 06 Juni 2011

Negative Thinking is The Best Teacher

Oleh: Oji Faoji
(4 Juni 2011 Dini Hari)

SESUNGGUHNYA saya termasuk yang alergi menggunakan bahasa Inggris, baik saat berkomunikasi, terlebih menulisnya. Alergi bukan kemudian gatal-gatal, tetapi khawatir keliru karena belum menguiasai yang akhirnya menjadi malu. Tapi lebih baik malu setelah melakukan, karena disitu ada pelajaran. Hehehe...

Tetapi justru kemudian, ini menjadi tantangan bagi saya untuk berani memberikan judul pada tulisan ini dengan berbahasa Inggris. Kebetulan judulnya tidak terlalu sulit, terlebih dibantu kamus.

Berpikir negatif atau Negative Thinking is The Best Teacher, alias adalah guru terbaik. Itu sangat benar, dan saya sangat yakin, seribu kali yakin bahwa Anda pun setuju dengan ini.

Kita tahu bahwa ada dua cara orang berpikir. Ada cara berpikir negatif, dan ada cara berpikir positif. Cara berpikir negatif adalah bagaimana akal dikuasai oleh nafsu untuk memikirkan hal-hal terburuk tentang diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan berpikir positif adalah bagaimana potensi akal dikuasai untuk diarahkan kepada hal-hal yang memberikan dampak yang terbaik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.

Saya kira, Anda dan saya pernah atau bahkan sering berpikir negatif terhadap diri sendiri dan orang lain dan ini tidak bisa dipungkiri. Jika cara berpikir negatif itu justru berdampak buruk terhadap diri dan orang lain, maka tidak ada jalan lain kecuali menjadikan pengalaman buruk (berpikir negatif) itu sebagai guru terbaik.

Seperti hal nya saya yang berprofesi sebagai jurnalis (wartawan). Sangat sering digoda oleh pikiran-pikiran negatif itu. Wal hasil pekerjaan yang seharusnya berjalan sempurna menjadi gagal.

Misalnya, saat mendapat proyeksi dari redaksi untuk melakukan wawancara dengan narasumber, pikiran negatif selalu ikut serta saat proyeksi itu akan dilaksanakan. Berbagai macam hal buruk terpikir terkait sosok narasumber tersebut. Seperti timbul kata-kata, jangan-jangan orangnya nggak welcome, jangan-jangan susah ditemui, jangan-jangan tidak ada, jangan-jangan pengawalnya galak, dan lain sebagainya.

Pemikiran-pemikiran seperti itu, disadari atau tidak, telah menciptakan mental block yang sangat mengganggu dan bisa menggagalkan rencana. Jika sudah demikian, maka timbulah karakter pengikut yang mungkin bisa menjadi akut, yang tentunya berimbas pada karir. Kita menjadi malas, penakut, penuh kekhawatiran, dan lainnya.

Ingat bahwa apabila tidak dipercaya dalam suatu bidang pekerjaan, maka jangan harap kita mendapatkan karir yang baik pada bidang pekerjaan lainnya, jika cara berpikir seperti tersebut masih dipertahankan. Dan perlu diketahui bahwa karir dalam suatu pekerjaan ditentukan oleh nilai kepercayaan.

Karena itu, mari kita buang jauh-jauh cara berpikir demikian dan cukup menjadi guru berharga bagi kita dengan cara mengubah pola berpikir negatif dengan berpikir positif. Artinya, kalau kita mencoba melakukannya, tentu tetap ada hal yang bisa didapat. Misalnya ketika benar narasumber tersebut tidak ada di tempat, kita bisa buat janji dan yang penting, ada yang bisa disampaikan ke pimpinan bahwa memang yang dimaksud tidak ada di tempat. Atau ketika dianggap tidak welcome, jangan-jangan justru lebih familiar dari yang kita sangka kan. Intinya yang pasti adalah harus tetap positif thinking dan mencoba melakukannya.

Setelah ternyata negatif thinking tidak memberikan apa yang kita cita-citakan, mari sejak saat ini, kita mulai berperasangka baik, berpikir positif alias positif thinking. Baik disadari atau tidak, positif thinking akan membakar semangat kita untuk terus-terus dan terus melakukan hal terbaik.

Tugas wartawan lainnya adalah menulis informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan narasumber. Jika berpikir positif saat melakukannya, maka akan ada semangat dan manfaat yang didapat, meski ketika berhadapan dengan monitor komputer berjam-jam.

Sedikit saya sebutkan manfaat yang justru akan didapat ketika melakukan pekerjaan dengan semangat, karena didorong oleh cara berpikir positif tadi. Ada manfaat terhadap fisik, terhadap mental, terhadap karir, terhadap hubungan dengan orang lain, termasuk terhadap spiritualitas kita.

Terhadap Fisik
Tentu kita akan sempat memikirkan dampak terburuk apa yang terjadi pada (kesehatan) fisik kita, apabila berlama-lama di depan layar monitor. Dengan begitu, kita akan mulai mencari tahu bahwa misalnya antara jarak pandang mata dengan layar monitor harus sejajar, atur pencahayaannya diatur agar tidak mengganggu mata. Kemudian, duduk berlama-lama juga bisa mengakibatkan sakit punggung. Dengan berpikir positif, pasti kita akan mencari tahu bagaimana solusinya, misalnya dengan memperbanyak minum dan menyesuaikan posisi duduk.

Terhadap Mental
Tentu saja ada dorongan semangat yang kuat dan mental sempurna yang bermuara pada hasil pekerjaan yang cepat dan tepat. Sebab, kalau pekerjaan dilakukan dengan pikiran negatif, ada unsur benci, murung dan lainnya, maka yang ada akan berantakan.

Terhadap Hubugan Baik dengan Rekan
Dengan berpikir positif, hubungan dengan siapapun, terlebih dengan rekan kerja akan tetap terjalin baik. Dengan hubungan yang terjalin baik, maka akan ada saling membantu dalam proses melakukan pekerjaan, karena satu sama lain saling berkaitan dan membutuhkan.

Terhadap Spiritual
Dengan berpikir positif, akan timbul proses dan hasil kerja yang baik. Maka proses dan hasil kerja tersebut bisa menjadi ibadah.

Sekali lagi mari kita mengingat bahwa ketika telah berpikir negatif yang hasilnya tentu saja berdampak buruk, maka harus langsung kita sadari itu dan beralih menggunakan cara berpikir positif. Namun sebelum itu, terlebih dahulu rileks dengan menarik nafas dengan 10 hitungan, menahannya dalam 3 hitungan dan membuangnya dengan 10 hitungan.

Silakan mencobanya dan semoga bermanfaat.! (*)

Minggu, 05 Juni 2011

Upgrade Your Mind

Oleh: Oji Faoji

SABTU 4 Juni 2011 sore, saya dipertemukan langsung dengan salah seorang trainer handal. Motivator yang dijuluki sebagai Master Mind Navigator dan Mind Programming Coach ini adalah Mr Gheanez Reza.

Pertemuan ini sungguh tidak diperkirakan. Mulanya seorang teman menawarkan kepada saya untuk mengikuti workshop Mind Programming for Excellen Life, pada Minggu 3 Juli menadatang di Hotel Mahadria, Kota Serang.

Sebelum akhirnya bertemu dengan Mr Reza, sapaan akrab Gheanez Reza, saya meminta teman datang ke rumah saya pada jam satu (13.00) pada hari yang sama untuk mendalami informasi tentang kegiatan tersebut. Saya katakan kepada teman yang juga event organize Mr Reza bahwa saya ingin bertemu terlebih dahulu dengan trainernya sebelum mengikuti kegiatannya nanti.

Sebagai orang yang bercita-cita menjadi trainer dan motivator handal, tentu saya sangat berharap bertemu di luar forum seminar, workshop atau pelatihan-pelatihan, tidak hanya dengan Mr reza, tetapi juga dengan seluruh motivator yang sudah sukses saat ini, termasuk dengan Bong Chandra, Ippho Right Santosa, Tung Desem Waringin, Andire Wongso, dan juga Mario Teguh.

Ini perlu saya lakukan agar bisa lebih terjiwai dan cita-cita menjadi motivator terbaik benar-benar terwujud.

“Waduh, saya tidak tahu nih, apakah dia (Mr Reza-red) ada waktu saat ini, karena jadwalnya padat. Terlebih ia adalah direktur di sebuah perusahaan,” ujar teman saya itu.

Saya kembali meminta teman agar mencari waktu luang Mr Reza agar bisa bertemu. “Coba nanti saya telepon dulu. Mudah-mudahan bisa,” katanya.

Ternyata apa yang terjadi, saya sungguh mujur. Pada hari yang sama dan hanya beda 2 jam dari kami membicarakan itu pada pukul 15.00 WIB. Saya langsung bisa bertemu dengannya pukul 17.00. “Kebetulan brow, dia sore ini ada jadwal di Cilegon. Kita bisa temui nanti sore,” kata teman tadi.

Begitu senang rasanya hati ini, karena saya juga tinggal di Cilegon. Jadi, tidak perlu biaya besar dan waktu yang banyak untuk dipertemukan dengan Mr Reza.

Ternyata, kinginan yang saya sampaikan ke alam bawah sadar dikabulkan Allah SWT, dan saya sangat bersyukur atas pertemuan pertama kami.

Sedikit saya ceritakan tentang Mr Reza. Beliau adalah orang yang pernah memiliki keinginan sama dengan saya, yaitu sebagai motivator hebat. Buku terkait motivasi ia miliki dengan berbagai macam pengarang yang juga trainer.

Untuk mewujudkan mimpinya itu, Mr Reza hingga pernah mengikuti workshop di Singapura dari motivator dunia, yang biaya tiketnya saja saat itu Rp 20 juta. Dengan modal pinjaman dari pamannya, Mr Reza berangkat untuk bertemu dengan motivator idolanya. Setelah itu, kemudian mempelajari, dan menerapkan apa yang ia dapati.

Dan kini, ia sudah menjadi motivator handal. Di Banten saja, ia telah menggelar workshop angkatan ke-3. Di luar workshop, Mr Reza juga sering menjadi pembicara di beberapa seminar motivasi.

Sekadar diketahui, pertengahan Juni ini, tepatnya tanggal 18-19, Mr Reza juga kembali akan mengikuti workshop kelas dunia di Australia, yang harga tiketnya Rp 50 juta.

Menurut Reza, apa yang saya alami, dengan bertemu motivator seperti dirinya hanya dalam waktu dua jam sejak keinginan itu dimunculkan, adalah buah dari motivasi kuat sehingga masuk ke alam bawah sadar, dan alam bawah sadar mendorongnya ke alam sadar.

“Mungkin Anda pernah membicarakan seorang teman karena lama tidak bertemu, tiba-tiba dalam waktu beberapa saat, teman tersebut datang, atau menelepon, atau sekadar sms. Sehingga kita sering mengatakan, baru saja diomongin datang (nelepon/sms), panjang umurnya, nah itu lah hasil kerja alam bawah sadar,” kata Reza kepada saya.

Contoh lainnya, kata Reza, kita pernah memiliki rasa khawatir ditilang, dan tiba-tiba benar saja, ada polisi lalu lintas yang menghentikan paksa kendaraan kita. “Itu adalah bagian dari kekuatan pikiran kita yang masuk alam bawah sadar, dan mewujudkannya di kehidupan sadar,” katanya.

Karena itu, imbuh Reza, upgrade your mind (program ulang pola pikir Anda) dengan cara sering menulis dan mengatakan hal-hal positif yang kita inginkan. Maka dengan terus dikatakan dan dituliskan, apa yang menjadi keinginan kita, itu akan masuk ke alam bawah sadar dan pasti akan diwujudkan, yang terpenting fokus.

Sejauh ini, masih kata Reza, seseorang jarang bisa menyebutkan apa yang menjadi keinginannya yang positif, dan justru lebih banyak gampang menyebutkan suatu keinginan yang negatif.

“Mestinya, biasakan menyebut dan menuliskan bahwa saya ingin kaya, punya mobil dan rumah mewah, memiliki perusahaan pribadi dan sebagainya. Suatu saat, ada dorongan kuat untuk berjuang keras mewujudkannya. Kalau yang dikatakan misalnya saya takut miskin, takut tidak bisa, dan contoh lainnya, maka tidak aka nada yang bisa diwujudkan,” Reza menandaskan.

Dengan demikian, kata Reza, mulailah memberikan masukan hal-hal yang baik untuk dikonsumsi alam bawah sadar Anda, agar alam sadar akan meresponnya dengan baik. Artinya bukan justru hal-hal negatif.

“Seperti misalnya lagi, jika terus mengatakan, semangat, semangat, semangat, maka pasti akan bersemangat. Tapi kalau mengatakan huh, saya capek, lemah, letih, loyo, maka yang didapat juga sama. Intinya bahwa apa yang diinginkan, maka akan tercapai,” katanya.

Apa yang disampaikan Reza tersebut, saya bawa pulang dan akhirnya dengan dorongan motivasi yang kuat bahkan sampai saya tulis status di akun facebook bahwa saya malam ini harus menulis dua tulisan, dan akhirnya satu tulisan sudah saya selesaikan hanya dalam waktu 45 menit. Tulisan kedua saya juga selesai di malam yang sama dengan judul “Hancurkan Mental Block.” Saya yakin, ini karena aktivasi dari kekuatan pikiran alam bawah sadar itu.

Terakhir yang membuat saya lebih bersemangat bahwa cita-cita saya akan tercapai, Mr Reza menawarkan saya untuk ikut dalam club trainer, dimana akan ada materi khusus untuk menjadi seorang trainer, yang biayanya cukup terjangkau.

Tawaran tersebut akan direalisasikan Reza setelah lebaran. Ini artinya bahwa begitu besar peluang bagi saya untuk menjadi seorang wartawan yang juga motivator handal. Amin..! (*)

Jumat, 03 Juni 2011

Benci Dianggap Baik

Oleh: Oji Faoji

Saya mengartikan benci sebagai kata yang menunjukkan ketidaksukaan klimaks seseorang terhadap orang lain. Meski begitu, saya meyakini bahwa pembaca juga memiliki interpretasi lain terhadap kata benci. Jika sependapat dengan benci seperti yang saya maksud, maka kita sepakat bahwa ada beberapa hal yang membuat seseorang menaruh rasa benci, ada karena dikecewakan, dibohongi, dikhianati, dan lainnya.

Sedikit saya bercerita, yang cerita ini terjadi belum lama, yakni sekitar awal 2011. Selebihnya begini. Mulanya seorang ibu rumah tangga (IRT), membuka akun facebook. Secara kebetulan, di branda saya saat itu, ia tangah berulang tahun yang ke-24. Tetapi entah mengapa, di hari ulang tahunnya, ia justru menuliskan status dengan kalimat cacian dan kecaman. Ia seolah lupa bahwa sesungguhnya hari itu adalah hari bahagia, seperti kebanyakan orang yang menganggap bahwa hari ulang tahun adalah hari bahagia.

“What on your mind..??” IRT itu menjawab melalui statusnya, “Aku benci kamu..!! Aku sudah memberikan yang terbaik, kamu justru membalasnya dengan air tuba,” katanya.

Tanpa bermaksud ikut campur dalam urusan rumah tangganya, saya klik jendela di pinggir kanan untuk coba melakukan komunikasi melalui chating. Sekadar diketahui bahwa IRT dimaksud adalah teman yang ditemui melalui facebook dan ia saat ini tinggal di Bandung, Jawa Barat, sedangkan posisi saya ketika itu berada di Cilegon, Banten.

“Selamat ulang tahun ya bu..” saya memulai perbincangan. “Terima kasih. Tapi percuma, hari ulang tahun ini tidak berarti apa-apa,” katanya.

Belum sempat dikomentari, IRT itu menambah kalimat di jendela chating, yang cukup panjang dan intinya ia kecewa terhadap sang suami yang ia ketahui telah selingkuh dengan teman kerjanya. IRT ini merasa hancur dan tidak ada kalimat yang dicatatkannya, selain mencaci dan memaki suami yang sudah dua bulan tidak berkumpul bersama ia dan anak-anaknya.

Dan secara kebetulan, anak satu-satunya sedang dalam keadaan sakit keras. IRT ini membuka facebook untuk mengintip suaminya yang terkadang juga kepergok buka akun facebook.

Setelah IRT tersebut puas menulis via chating, saya justru kasihan terhadap anaknya yang sakit. Saya coba mengingatkan dia agar berhenti fokus membenci suaminya, dan menggantinya dengan lebih fokus merawat anaknya yang sakit. Saya bilang, “Jika marah dan benci membuat kamu merasa tenang hingga bisa fokus merawat anak mu yang sakit, maka marah dan benci menjadi baik. Tetapi jika benci justru membuat anak mu yang sakit telantar dan kurang mendapat perawatan, maka benci menjadi tidak baik.”

Saya berani katakan itu, karena mungkin nantinya, dia bukan hanya kehilangan suami yang sebelumnya telah meninggalkannya sendiri, tetapi juga mungkin anaknya.

Setelah berselang sekitar 5 menit, ia baru kemudian manjawab. “Saya hanya manusia biasa yang sulit tidak membenci orang, terlebih terhadap yang telah mengecewakan saya. Pokoknya hati saya hancurrr.....!!,” katanya.

Setelah itu, saya keluar dari jendela chating tersebut, dengan terlebih dahulu menyimpan pesan bahwa membenci belum tentu menjadi solusi.

Tiga hari kemudian, IRT ini kembali menulis status di facebook bernada penyesalan. “Maafkan aku terlalu terlena dan egois. Ya Allah tempatkan anakku di sisi-Mu,” katanya.

Jika sudah begitu, maka penyesalan pun tiada arti. Betul kan..? Apa yang disebutkan di atas adalah sekadar contoh yang mungkin tidak hanya terjadi pada IRT tersebut. Intinya bahwa marah, maupun benci, jangan sampai membuat buta, sehingga tidak tampak, mana sesungguhnya yang perlu mendapat prioritas perhatian. (*)

Kamis, 02 Juni 2011

Jangan Menikah Sebelum Kaya

Oleh: Oji Faoji (Kamis dini hari)

Menikah, tidak hanya terjadi karena dorongan fitrah, tetapi bagi ummat beragama juga merupakan suatu aktivitas yang diperintahkan, sehingga disebut ibadah.

Dari sisi bahasa, menikah adalah dipersatukannya dua manusia, yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan melalui ikatan resmi, bahkan sakral.

Dengan menikah, maka wanita yang kemudian disebut istri, dan pria sebagai suami, dibolehkan (dihalalkan) melakukan hubungan badan hingga memiliki keturunan. Keturunan-keturunan tersebut diharapkan bisa melanjutkan estafeta kehidupan ke arah yang lebih baik.

Agama mengajarkan bahwa sebelum pernikahan terjadi, laki-laki dan wanita tidak dibenarkan berhubungan badan. Jika itu terjadi, maka disebut zina. Dengan demikian saya menyimpulkan bahwa menikah dilakukan untuk menghindari zina.

Dalam menanggapi pernikahan, biasanya calon pengantin pria banyak yang merasa memiliki beban tersendiri, terlebih di daerah yang mengedepankan budaya bahwa pernihakan harus dirayakan semeriah mungkin, bukan hanya akad dan resepsi saja, tetapi juga menampilkan berbagai jenis hiburan, mulai dari dangdutan, qasidah, gambus, film layar lebar, hingga tari-tarian tradisional lainnya. Tidak berhenti di situ, peseta pernikahan juga harus elegan, tidak hanya dengan dalam kontek busana, tetapi juga ornamen alias tata rias diri dan tempat resepsi.

Pernihakan harus dikabarkan agar khalayak tahu bahwa seorang pria dan wanita saat itu sudah sah sebagai suami istri dan boleh melakukan apapun yang berkaitan dengan kehidupan suami istri.

Dengan prinsip itu, ada yang beranggapan, pernikahan harus dilaksanakan semeriah mungkin hingga tidak sedikit pria yang takut atau belum mau melangsungkan pernikahan, hanya karena belum memiliki biaya selama prosesnya.

Saya cerita sedikit. Dua tahun lalu, seorang teman mengungkapkan isi hati, alias curhat (mencurahkan isi hati) kepada saya. Dia bilang, “Usia saya sudah 27 tahun dan sudah memiliki calon pasangan hidup. Namun, rasanya kami tidak bisa melanjutkannya ke jenjang pernikahan, karena saya belum punya duit banyak,” kata teman, sebut saja Laban (bukan nama sebenarnya).

Saya tanya, apa yang membuatmu berpikir seperti itu? Laban kemudian menjawab. “Orangtua pacar (calon istri) meminta biaya pernikahan yang sangat sulit saya penuhi, yaitu Rp 24 juta. Sedangkan saya punya uang Rp 5 juta dan itu pun bersamaan dengan untuk mas kawin. Padahal kami saling mencintai,” katanya.

Tapi selang beberapa bulan, akhirnya mereka menikah juga setelah orangtua perempuan menurunkan harga tawar biaya pernikahan hingga sesuai dengan kemampuan Laban. Ini juga setelah anaknya diketahui sudah telat datang bulan.

Contoh di atas sesungguhnya mungkin banyak terjadi. Bahkan tidak sedikit juga yang belum menikah padahal berusia lebih dari 30 tahun, hanya karena belum punya uang banyak dan karena masih menganggur.

Padahal, kalau melihat rukun menikah sangat sederhana. Hanya perlu pasangan laki-laki dan perempuan, wali nikah, saksi dan mas kawin. Jika itu ada, sesungguhnya pernikahan sudah sah dilakukan.

Akad nikah dan resepsi pernikahan idealnya dilakukan secara meriah, dengan menyajikan pesta besar, apabila keduabelah pihak mampu dan ikhlas. Akan tetapi jika dipaksakan, hingga ada kabar bahwa suami istri yang baru menikah harus kerja banting tulang hanya untuk membayar utang sisa pesta pernikahan mereka. Mereka yang seharusnya fokus menikmati awal pernikahan dengan berbulan madu, menjadi pecah konsentrasi karena harus juga memikirkan pembayaran utang.

Terkait pernikahan, saya sungguh laki-laki yang sangat beruntung. Keberuntungan ini hadir, karena memang kami yang menciptakan dan bukan datang dengan sendirinya. Kalau boleh saya bercerita tentag proses pernikahan kami.

Sekitar tahun 2004, saya dengan istri bertemu dalam suatu forum diskusi. Ketika itu, satu sama lain kami tidak begitu menunjukkan rasa suka. Setahun kemudian, pertemuan dalam suasana serupa terjadi, dan saat itu, saya memang menaruh rasa suka kepadanya. Namun itu berlalu begitu saja, karena pertemuan kami berlangsung singkat.

Begitu lama tak bertemu, bahkan kami saling kehilangan jejak. Entah ada angin apa, pada awal tahun 2006, istri saya ketika itu mengirim pesan singkat via ponselnya. Entah dari mana ia dapat nomor telepon saya, dan akhirnya komunikasi kita aktif.

Setelah beberapa pekan berkomunikasi via ponsel, saya coba arahkan ke pembicaraan lebih serius (pernikahan), karena usia saya ketika itu (tahun 2006) sudah 25 tahun dan dia 19 tahun.

Selama menjalin hubungan kasih, hingga menikah pada 9 Juli 2006 atau tepatnya Final Piala Dunia, yang ketika itu Italia juaranya, saya dan istri belum pernah punya kesempatan jalan bareng, karena jarak rumah kami cukup jauh, yaitu hingga sekitar 80 kilometer dan komunikasi kami lebih banyak dilakukan via telepon.

Ketika pertama mengajak menikah, modal saya hanya satu, yaitu keberanian dan yakin pernikahan terjadi. Saat itu, sama sekali saya tidak punya uang pribadi, karena hanya sebagai pekerja sedikit waktu sebagai pembantu di sebuah rentalan komputer.

Ketika istri mengatakan, “Apakah kamu serius.” Saya jawab, sangat serius. Kata istri, “Kalau begitu cepat lamar saya.” Kemudian saya tegaskan kepadanya, bahwa saya tidak bisa menikahinya saat itu, karena masih miskin. Tunggu saya hingga kaya dahulu, kalau kamu ingin pernikahan kita dipestakan secara meriah, dan sampaikan hal ini kepada keluarga mu. Istri kemudian mengatakan, “Baiklah akan saya sampaikan,” katanya.

Tak lama berselang, istri kemudian menghubungi lagi. “Tidak perlu menunggu kaya hanya untuk menikah, karena kaya akan kita dapati setelah menikah nanti,” katanya.

Saya sungguh terkejut dengan perkataan itu, dan saya semakin percaya diri. Sehingga ketika ibu saya bertanya, apa benar saya siap menikah dan punya uangnya, saya katakan sangat siap. Ini dikatakan ibu, karena memang kami bukan dari keluarga berpunya. Ibu hanya seorang pedagang kueh basah yang berkeliling ke sejumlah pasar.

Setelah itu kami bicarakan tentang mas kawin. “Mas kawin seperti apa yang kamu inginkan.” Istri kemudian menjawab, “Kalau bisa emas,” katanya. Saya bilang, kalau begitu, pernikahan kita tunda dulu sampai saya dapat kerja layak dan mampu membeli emas untuk pernikahan kita.

“Baiklah, emas akan kita dapatkan setelah menikah,” kata istriku. “Kalau begitu saya minta tabungan di Bank Muamalat Syar’i. Jumlah isi tabungannya Rp 29.486,” kata istri saya.

Saya kemudian tanya, kok cuma segitu? Dia bilang, itu adalah total jumlah dari penggabungan tahun kelahiran kita. “Ini juga agar semuanya memaklumi. Sebab, kalau hanya berupa uang, mas kawin segitu, saya khawatir kamu malu. Tapi kalau degan tabungan dan jumlahnya adalah gabungan tahun kelahiran kita, saya kira hal itu juga dilakukan banyak orang kaya,” istri saya menjelaskan.

Saya kemudian mencari tahu, dan akhirnya tabungan dengan nilai sekecil itu bisa terpenuhi dengan mudah. Ketika menikah pada 9 Juli 2006. Sang naib (penghulu) sempat terheran dan meminta persetujuan yang hadir ketika itu, apakah mas kawin menggunakan tabungan sah atau tidak. Istri saya kemudian mengatakan, “Nikahkan kami, karena mas kawin berupa tabungan Rp 29.468 itu adalah permintaan saya.” Saya sungguh bangga dan merasa tidak salah mempersunting istri.

Akhirnya tidak lama setelah menikah, saya menerima tawaran kerja sebagai wartawan hingga sekarang. Alhamdulillah, pada usia pernikahan 3 tahun, kami sudah diberi rezeki berupa dua anak, yakni perempuan dan laki-laki. Apa yang disampaikan istri sebelum kami menikah, saat ini sudah tercapai. Dalam usia perkawinan hampir 5 tahun, kami sudah memiliki segala kebutuhan keluarga (tercukupi), dan yang lebih penting, saya sudah menghadiahkan mas murni kepada istri seberat 9 gram, dan istri sekarang sedang melanjutkan studi di sebuah perguruan tinggi, dan tengah bersiap menyusun skripsi. Alhamdulillah.

Saya yakin, sebagian banyak dari Anda juga mengalami keberuntungan seperti saya saat menikah, bahkan mungkin lebih mampu menciptakan keberuntungan itu dari saya. Dan bagi Anda yang belum berani menikah, tunjukan bahwa Anda adalah pemberani.

Hanya butuh komunikasi efektif dan kesungguhan dari calon pasangan untuk meyakinkan pihak yang menghalang-halangi pernikahan Anda hanya karena factor budaya.


Mudah-mudahan ini menjadi salah satu inspirasi untuk menguatkan keyakinan bahwa menikah sesuatu hal yang harus dilakukan dengan penuh sadar di antara kedua belah pihak, karena menikah adalah ibadah. (*)