Motivasi

Rabu, 08 Juni 2011

Aku Sukses Setelah ‘Gila’

Penulis: Oji Faoji
Rabu 8 Juli 2011 Dini Hari

SAYA ingin sampaikan bahwa sesungguhnya tulisan ini hanya untuk konsumsi pribadi, karena menceritakan pengalaman pribadi. Tetapi bagi yang ingi tahu, silakan ikut baca dan terbuka juga untuk umum. Hehehe...

Saya menjadi ‘Gila’ hanya dalam waktu dua pekan setelah mulai gemar membaca beberapa buku karya motivator terkemuka di Indonesia, bahkan tingkat dunia.

Mulanya, ketika datang ke sebuah toko buku di Cilegon pada 16 Mei 2011, mata saya langsung tertuju pada sebuah buku berjudul Percepatan Rezeki Dalam 40 Hari dengan Otak Kanan, karya penulis mega-bestseller Ippho Santosa. Setelah membacanya, kemudian tertarik dan saya coba memperdalam lagi dengan bacaan lain. Ternyata, pada 28 Mei 2010, saya juga menemukan buku yang tepat, yaitu karya motivator dan penulis bestseller lainnya, Bong Chandra. Bukunya berjudul The Science of Luck. Setiap hari dari sejak menemukan buku Ippho Santosa, membca buku-buku terkait motivasi tidak saya lewatkan. Malam, siang, sore selalu saya baca.

Terlebih secara kebetulan, ternyata saya juga memiliki buku terkait, yaitu buku Terapi Kekuatan Pikiran, karya Marc Salem, penulis bestseller di tiga benua, Amerika, Eropa, dan Australia. Selain itu juga memiliki buku self hypnosis, karya pakar hypnosis tingkat dunia.

Keempat buku tersebut yang buat saya berangsur-angsur menjadi ‘Gila’. Terjadi perubahan pola pikir yang begitu cepat, antara lain, di dinding facebook, saya hanya menuliskan status tentang motivasi, baik itu kutipan dari buku-buku yang saya baca, ada juga yang memang saya yang menciptanya.

Status yang ditulis di facebook itu sesungguhnya bukan untuk dikomentari, tetapi lebih kepada menguatkan tekad untuk merubah cara pandang diri saya sendiri.

Timbul sebuah keinginan untuk bertemu dengan seorang motivator, dan tak lama, seorang teman, bernama Haikal Ayi Fatihi, menawakan saya untuk mengikuti sebuah workshop motivasi yang motivatornya adalah orang Banten. Saya coba katakan kepada teman tersebut untuk mempertemukan saya dengan motivator bernama Geanez Reza. Dan benar saja, hanya butuh waktu 2 jam dari keinginan itu, saya dipertemukan dengan Reza pada 4 Juni 2011, yang kebetulan juga tengah berada di Cilegon. Padahal Reza biasanya sibuk, karena ia juga adalah seorang direktur di sebuah perusahaan.

Setelah terlibat perbincangan selama sekitar 3 jam sejak pukul 17.00 WIB, saya kemudian pulang dan menggali lagi apa yang disampaikan Reza dalam pertemuan tersebut. Teringat Reza yang mengatakan tentang terapi kekuatan pikiran, saya buka lagi buku karya Marc Salem tersebut, dan ternyata saya lebih memahami banyak hal. Antara lain, bahwa pemikiran dapat mempengaruhi tubuh. Artinya, pikiran yang buruk akan membawa tubuh juga ikut berperilaku buruk. Ini kunci yang ternyata saya mampu melakukan perubahan dalam beberapa hal. Misalnya, yang semula biasa tidur lagi setelah bangun pagi, dan berangkat siang bekerja, sekarang berbalik. Saya tetap terjaga setelah bangun pagi dan sempat bercengkerama dengan keluarga secara bebas, karena memiliki waktu cukup luang. Saya yang biasa berangkat kerja sekitar pukul 10.00 menjadi lebih pagi.

Yang membuat saya ‘Gila’ adalah bahwa saya menyampaikan impian saya sebagai motivator terkenal kepada pejabat tinggi di Pemkot Cilegon. Semula saya katakan kepada Sekda Abdul Hakim Lubis dan setelah itu kepada Walikota Cilegon Tb Iman Ariyadi.

Ini saya lakukan agar saya benar-benar memiliki semangat yang kuat untuk mewujudkan cita-cita hidup menuju yang lebih baik. Mengapa keduanya yang saya pilih, karena sekda adalah jabatan puncak karir di birokrat, dan walikota adalah orang nomor 1 di sebuah daerah. Ini kelak akan menjadi sejarah bagi saya dan menjadi kebanggaan bagi keturunan saya kelak, betapa ayahnya, atau kakeknya, melakukan ke-gila-an semacam itu.

Ingin tahu apa perbincangan saya dengan walikota? Akan saya bocorkan.
Ketika itu, saya diantar masuk untuk bertemu walikota oleh Kabag Kominfo Pemkot Cilegon Zaenal Musadad pada Senin (6/6).

Saya katakan. “Pak Walikota, Anda adalah orang sukses, dan saya ingin seperti Anda. Bukan sebagai walikota, tetapi ingin belajar mendapatkan motivasi kuat agar cita-cita bisa tercapai.”
“Memang kenapa,” kata walikota.
Saya bilang, “Saya ini sudah berusia 30 tahun, dan tidak mungkin masih menjadi wartawan di usia 35 apalagi 40 tahun.”
“Terus apa yang kamu cita-citakan, jadi pegawai,” kata walikota.
“Tidak Pak Wali,” sahut saya. “Saya ingin sampaikan kepada Pak Wali bahwa saya hanya ingin menjadi penulis buku dan motivator atau seorang trainer sukses. Saya ingin belajar kepada Pak Wali terkait bagaimana menjemput kesuksesan, karena pak wali saat ini sudah mendapatkannya,” saya tambahkan.
Walikota hanya tersenyum, mendengar saya.
“Begini pak wali. Jalan saya untuk menjadi motivator terkenal sudah terbuka. Pertama, pada 29 Juni 2011 nanti, PWI akan menggelar raker yang di dalamnya ada training motivasi dengan durasi penyampaian materi 4 jam. Kemudian pada 3 Juli, saya akan ikut sendiri workshop terkait motivasi oleh pemateri yang sama, hanya waktunya bertambah menjadi 8 jam. Kemudian, setelah lebaran, saya juga akan ikut workshop training of trainer (TOT), artinya saya ikut pelatihan menjadi trainer dengan waktu ajar 12 jam. Jika itu sudah saya lalui, maka saya sudah menjadi motivator,” kata saya.
“Bukankah itu hanya pekerjaan sosial tanpa profit,” ujar walikota.

“Tidak pak, itu jelas pekerjaan halal yang mungkin saya bisa kaya setelah berprovesi sebagai seorang motivator. Sebab, setiap yang ikut training motivasi, harus membeli tiket serendah-rendahnya Rp 350.000 bahkan ada yang mencapai jutaan rupiah dengan minimal peserta 60 orang. Jika dikalikan, maka terkumpul Rp 18 juta. Jika untuk biaya hotel dan makan Rp 10 juta, kemudian untuk properti Rp 3 juta, maka masih ada sisa Rp 5 juta, dari hanya berbicara 8 jam,” saya jelaskan kepada walikota.
“Tidak hanya bertindak sosial, mendorong manusia untuk optimistis menjemput kesuksesannya, tetapi juga ada nilai profit yang bisa membuat saya jadi kaya. Seperti halnya profesi lain, seperti dokter, bidan, dan sejenisnya. Mereka menolong, tetapi berhak untuk dihargai,” saya sampaikan kepada walikota.
“Kalau begitu saya dukung,” walikota menegaskan.
Saya sangat puas menyampaikan itu, meskipun bagi sebagian orang sangat lucu dan sangat ‘gila’ mungkin, saya menyampaikan hal pribadi semacam itu kepada walikota yang kesehariannya terjadwal. Artinya, orang yang ingin bertemu dengannya juga dipandu ajudan, karena memang jadwalnya sangat padat itu.
Ilmu yang saya dapatkan dari Sekda Cilegon belum saya sampaikan dalam tulisan ini, karena cukup untuk konsumsi diri saya sendiri, dan saya akan tulis dalam kesempatan berbeda.

Ke-gila-an yang saya alami ini juga saya sampaikan kepada yang lain agar mereka mengetahui dan kelak mendukung perjalanan saya yang ingin menjadi motivator handal. Sehingga pada malam ini Selasa (7/6), atau 2 jam sebelum tulisan ini saya buat, saya menyebarkan sms kepada tiga teman yang saya sangat percaya kepada mereka bahwa mereka benar-benar mendukung cita-cita saya.
Berikut bunyi sms yang saya sampaikan. “Cuy, ingatkan gw kelak. Kalau gw sdh jadi motivator, minimal stelah ikut TOT (training of trainer / setelah lebaran), bahwa gw akan memberikan training motivasi gratis kpada anak2 jalanan dan pengamen.” Ketiga teman yang saya kirimkan sms tersebut membalas sms dengan bentuk dukungan. Terakhir sms yang saya sampaikan kepada ketiga temen saya itu adalah. “Sip. Langkah saya ke ksuksesan harapan itu tinggal 30 cm lagi.”
Ini saya sampaikan agar saya lebih bersemangat mengejar cita-cita itu, karena waktu menuju 30 cm itu sangat singkat. Hehehe...
Saya benar-benar gila, karena melakukan perubahan diri, berupa sikap optimistis yang begitu cepat. Ke-gila-an ini akan saya pertahankan terus hingga akhir hayat menjemput. Amin....!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar