Motivasi

Senin, 06 Juni 2011

Negative Thinking is The Best Teacher

Oleh: Oji Faoji
(4 Juni 2011 Dini Hari)

SESUNGGUHNYA saya termasuk yang alergi menggunakan bahasa Inggris, baik saat berkomunikasi, terlebih menulisnya. Alergi bukan kemudian gatal-gatal, tetapi khawatir keliru karena belum menguiasai yang akhirnya menjadi malu. Tapi lebih baik malu setelah melakukan, karena disitu ada pelajaran. Hehehe...

Tetapi justru kemudian, ini menjadi tantangan bagi saya untuk berani memberikan judul pada tulisan ini dengan berbahasa Inggris. Kebetulan judulnya tidak terlalu sulit, terlebih dibantu kamus.

Berpikir negatif atau Negative Thinking is The Best Teacher, alias adalah guru terbaik. Itu sangat benar, dan saya sangat yakin, seribu kali yakin bahwa Anda pun setuju dengan ini.

Kita tahu bahwa ada dua cara orang berpikir. Ada cara berpikir negatif, dan ada cara berpikir positif. Cara berpikir negatif adalah bagaimana akal dikuasai oleh nafsu untuk memikirkan hal-hal terburuk tentang diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan berpikir positif adalah bagaimana potensi akal dikuasai untuk diarahkan kepada hal-hal yang memberikan dampak yang terbaik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.

Saya kira, Anda dan saya pernah atau bahkan sering berpikir negatif terhadap diri sendiri dan orang lain dan ini tidak bisa dipungkiri. Jika cara berpikir negatif itu justru berdampak buruk terhadap diri dan orang lain, maka tidak ada jalan lain kecuali menjadikan pengalaman buruk (berpikir negatif) itu sebagai guru terbaik.

Seperti hal nya saya yang berprofesi sebagai jurnalis (wartawan). Sangat sering digoda oleh pikiran-pikiran negatif itu. Wal hasil pekerjaan yang seharusnya berjalan sempurna menjadi gagal.

Misalnya, saat mendapat proyeksi dari redaksi untuk melakukan wawancara dengan narasumber, pikiran negatif selalu ikut serta saat proyeksi itu akan dilaksanakan. Berbagai macam hal buruk terpikir terkait sosok narasumber tersebut. Seperti timbul kata-kata, jangan-jangan orangnya nggak welcome, jangan-jangan susah ditemui, jangan-jangan tidak ada, jangan-jangan pengawalnya galak, dan lain sebagainya.

Pemikiran-pemikiran seperti itu, disadari atau tidak, telah menciptakan mental block yang sangat mengganggu dan bisa menggagalkan rencana. Jika sudah demikian, maka timbulah karakter pengikut yang mungkin bisa menjadi akut, yang tentunya berimbas pada karir. Kita menjadi malas, penakut, penuh kekhawatiran, dan lainnya.

Ingat bahwa apabila tidak dipercaya dalam suatu bidang pekerjaan, maka jangan harap kita mendapatkan karir yang baik pada bidang pekerjaan lainnya, jika cara berpikir seperti tersebut masih dipertahankan. Dan perlu diketahui bahwa karir dalam suatu pekerjaan ditentukan oleh nilai kepercayaan.

Karena itu, mari kita buang jauh-jauh cara berpikir demikian dan cukup menjadi guru berharga bagi kita dengan cara mengubah pola berpikir negatif dengan berpikir positif. Artinya, kalau kita mencoba melakukannya, tentu tetap ada hal yang bisa didapat. Misalnya ketika benar narasumber tersebut tidak ada di tempat, kita bisa buat janji dan yang penting, ada yang bisa disampaikan ke pimpinan bahwa memang yang dimaksud tidak ada di tempat. Atau ketika dianggap tidak welcome, jangan-jangan justru lebih familiar dari yang kita sangka kan. Intinya yang pasti adalah harus tetap positif thinking dan mencoba melakukannya.

Setelah ternyata negatif thinking tidak memberikan apa yang kita cita-citakan, mari sejak saat ini, kita mulai berperasangka baik, berpikir positif alias positif thinking. Baik disadari atau tidak, positif thinking akan membakar semangat kita untuk terus-terus dan terus melakukan hal terbaik.

Tugas wartawan lainnya adalah menulis informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan narasumber. Jika berpikir positif saat melakukannya, maka akan ada semangat dan manfaat yang didapat, meski ketika berhadapan dengan monitor komputer berjam-jam.

Sedikit saya sebutkan manfaat yang justru akan didapat ketika melakukan pekerjaan dengan semangat, karena didorong oleh cara berpikir positif tadi. Ada manfaat terhadap fisik, terhadap mental, terhadap karir, terhadap hubungan dengan orang lain, termasuk terhadap spiritualitas kita.

Terhadap Fisik
Tentu kita akan sempat memikirkan dampak terburuk apa yang terjadi pada (kesehatan) fisik kita, apabila berlama-lama di depan layar monitor. Dengan begitu, kita akan mulai mencari tahu bahwa misalnya antara jarak pandang mata dengan layar monitor harus sejajar, atur pencahayaannya diatur agar tidak mengganggu mata. Kemudian, duduk berlama-lama juga bisa mengakibatkan sakit punggung. Dengan berpikir positif, pasti kita akan mencari tahu bagaimana solusinya, misalnya dengan memperbanyak minum dan menyesuaikan posisi duduk.

Terhadap Mental
Tentu saja ada dorongan semangat yang kuat dan mental sempurna yang bermuara pada hasil pekerjaan yang cepat dan tepat. Sebab, kalau pekerjaan dilakukan dengan pikiran negatif, ada unsur benci, murung dan lainnya, maka yang ada akan berantakan.

Terhadap Hubugan Baik dengan Rekan
Dengan berpikir positif, hubungan dengan siapapun, terlebih dengan rekan kerja akan tetap terjalin baik. Dengan hubungan yang terjalin baik, maka akan ada saling membantu dalam proses melakukan pekerjaan, karena satu sama lain saling berkaitan dan membutuhkan.

Terhadap Spiritual
Dengan berpikir positif, akan timbul proses dan hasil kerja yang baik. Maka proses dan hasil kerja tersebut bisa menjadi ibadah.

Sekali lagi mari kita mengingat bahwa ketika telah berpikir negatif yang hasilnya tentu saja berdampak buruk, maka harus langsung kita sadari itu dan beralih menggunakan cara berpikir positif. Namun sebelum itu, terlebih dahulu rileks dengan menarik nafas dengan 10 hitungan, menahannya dalam 3 hitungan dan membuangnya dengan 10 hitungan.

Silakan mencobanya dan semoga bermanfaat.! (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar